BERI.ID – Satu unit insinerator memerlukan delapan personel, terdiri dari lima operator dan tiga petugas keamanan yang bekerja dalam sistem shift 24 jam.
Jika dijumlahkan, setidaknya ada 80 sumber daya manusia baru, yang akan direkrut untuk memastikan seluruh mesin beroperasi tanpa henti.
Proses seleksi tahap pertama diserahkan kepada camat setempat agar kebutuhan lapangan dapat dipetakan secara realistis.
Setelah itu, peserta yang lolos akan mengikuti pelatihan teknis selama sepekan, dengan materi mencakup pengoperasian mesin, pengawasan temperatur, keselamatan kerja, hingga simulasi pembakaran.
Hanya saja sebagai catatan, pelatihan bagi calon operator insinerator, nantinya tidak hanya berfokus pada materi.
Para peserta diwajibkan benar-benar memahami mesin dari ujung ke ujung, mulai dari cara menyiapkan sampah sebagai bahan baku, mengatur kestabilan suhu selama proses pembakaran, hingga menangani potensi risiko yang mungkin muncul saat mesin beroperasi.
“Harapan kami November ini seleksi sudah berjalan, dan Desember kami tinggal memastikan semua siap menyala,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, Suwarso, Jumat (14/11/2025).
Lebih lanjut terkait kesiapan sepuluh unit mesin pembakar sampah tersebut, saat ini di tahap penyusunan standar operasional, penataan struktur pengelola, serta percepatan perakitan di lokasi yang telah ditetapkan.
Unit yang perkembangannya paling terlihat berada di Kelurahan Air Hitam, yang sudah masuk tahap instalasi rangka dan komponen utama.
Namun tidak semua lokasi melaju secepat itu.
Salah satu hambatan muncul di titik sebelumnya yang berdekatan dengan SMPN 38 Samarinda, sehingga dua insinerator akhirnya dipusatkan sementara di Jalan Nusyirwan Ismail karena lahan alternatif yang sempat disiapkan tidak lolos kajian teknis.
“Daripada tertunda terlalu lama, dua mesin kami tempatkan dalam satu blok yang betul-betul siap. Yang penting operasionalnya tidak terganggu, sambil menunggu titik pengganti yang sesuai,” bebernya.
Sementara itu, untuk insinerator di Kelurahan Baqa, material pondasi dan struktur bangunan telah berdatangan.
Lengkapnya sarana pendukung seperti cerobong, ruang operator, dan akses logistik menjadi kunci agar tahap instalasi tidak kembali molor.
DLH menargetkan seluruh mesin tersambung ke sistem operasional kota pada akhir Desember 2025.
“Setiap camat kami minta memastikan kesiapan lokasi, infrastruktur pendukung, dan SDM di lapangan. Begitu mesin selesai dirakit, tidak boleh ada jeda panjang sebelum beroperasi,” paparnya.
Awal 2026 diharapkannya menjadi momentum perubahan sistemik dalam tata kelola sampah kota, di mana pembakaran terkendali di tingkat hulu akan mengurangi beban angkutan dan menekan lonjakan volume yang masuk ke TPA.
“Kalau semua titik berjalan, kita bisa memangkas volume sampah secara signifikan. Itu yang sedang kami kejar,” pungkas Suwarso. (lis)







