SAMARINDA – Kepala Dinas Damkar Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Samarinda, Hendra, mengakui banyak jalan lingkungan di kota Samarinda sulit dimasuki unit mobil Pemadam.
Untuk mempercepat proses pemadaman pada daerah sempit, Hendra mengungkapkan, pihaknya berencana akan membuat Hidran Kering pada sejumlah titika rawan kebakaran yang sulit dilalui mobil pemadam.
Hidran Kering rencananya akan dipasang dimuka gang. Cara kerja hidran kering ini sebagai pipa penghubung dari mobil tangki air ke lokasi kebakaran. Hidran kering ini mempunyai titik inlet dan outlet yang terhubung melalui pipa bawah tanah yang dibiarkan kering. Titik inlet biasanya berada di lokasi dekat jalan raya sedangkan outlet berada di hidrannya.
“Jadi kalau kita sampai diujung gang maka kami tidak tarik selang lagi. Artinya mobil tangki kami masuk ke selang itu lalu disana pakai selang kecil masuk, itu salah satunya,”bebernya.
Selama ini, lanjut Hendra, Damkar cukup terbantu dengan keberadaan relawan kala kebakaran terjadi di gang sempit.
Menurut Hendra, realawan merupakan ujung tombak penjinak api. Sebab, Pemadam dalam spontan butuh waktu sekitar 15 menit baru tiba dilokasi kejadian.
“Mereka kan ada motor kecil dan lainya, biasanya mereka langsung menyemprot baru kami datang,”katanya dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Hendra menjelaskan, relawan di kota Samarinda hampir ada di setiap wilayah. Ketika terjadi kebakaran, umumnya ada relawan didaerah tersebut. Sehingga langkah pemadaman pertama biasanya dilakukan oleh relawan sebelum Mobil Damkar tiba dilokasi kejadian.
“Jadi untuk jalan yang sulit untuk mobil pemadam masuk, itu biasanya relawan duluan.”
“Kami ada juga unit kecil, sementara kalau unit besar terpaksa cuman dimuka gang lalu tarik selang kedalam, ketitik api,”sambungnya lagi.
- Mengatur Zona Relawan
Relawan dalam bekerja memang tanpa pamrih karena melekat jiwa kemanusiaan yang tinggi pada diri relawan. Bahkan terkadang mereka rela datang ditempat kejadian meskipun dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Menurut Hendra, hal seperti itu perlu dibuatkan zona wilayah tiap relawan untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan kepada relawan.
Dia mencontohkan, pada daerah jauh terjadi kebakaran, namun hanya satu rumah yang terbakar. Didaerah tersebut api sudah berhasil dipadamkan. Terkadang tiba-tiba relawan negebut kelokasi dari jarak yang jauh.
“Itu cukup berbahaya, kecuali memang kondisi api cukup besar, jadi perlu gotong royong semua pihak. Kalau api kecil, Misal kebakaran di Loa Janan, tidak perlu relawan dari Utara atau daerah Lempake datang kesana,”beber Hendra.
Untuk pengaturan zona relawan tersebut, Hendra mengaku telah mengumpulkan relawan di kota Samarinda. Jumlahnya sekitar 1000 relawan
“Pertama saya kumpulkan itu saya hanya semacam silaturahmi, kemudian kami buatkan SOP untuk mengatur zona – zona,”terang Hendra.
- Akomodir Relawan Dengan BPJS
Pemkot Samarinda melalui Disdamkar memberi apresiasi pada relawan. Sebab mereka bekerja tanpa pamrih. Kendati begitu, bukan berarti tanpa resiko ketika dilapangan. Mulai dari jalan menuju lokasi hingga ditempat kejadian kebakaran.
Sebagai wujud apresiasi itu, Disdamkar telah mengakomodir ribuan relawan yang sudah terdaftar dalam BPJS ketenagakerjaan.
“Jadi mereka tercover saat dari rumah sampai di kejadian, kalau ada istilahnya tabrakan atau kena musibah maka itu di cover,”sebut Hendra.
Untuk nominal santunan kala musibah terjadi, Hendra menjelaskan, kalau meninggal dunia itu sekitar 70 juta disantuni, sementara kecelakaan, didampingi sampai sembuh.
“Itu sama BPJS kita sdah kerjasama. Tahun ini kita ada 1000 relawan, nah ini salah satu lompatan pemerintah juga untuk membantu relawan itu. Kemudian kalau dia meninggal tanpa ada kejadian itu ada santunan sekitar 40 juta. Artinya gini, semua orang kan tidak mau ada musibah, tapi kalau tiba-tiba kejadian, itu bisa buat ahli waris atau jaminan. Umur relawan rata rata 19 tahun keatas , dibawah 19 tahun tidak kita berikan rekomendasi,”pungkasnya. (Fran)