Bangunan Tua di Tepi Jurang Ancam Ratusan Siswa, SDN 020 Samarinda Utara Butuh Renovasi Mendesak

Potret SDN 020 Samarinda Utara. (Foto: Lisa/ beri.id)

BERI.ID – Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Novan Syahronny Pasie menyatakan bahwa kondisi SD Negeri 020 di Kecamatan Samarinda Utara, sekolah yang berdiri sejak 1983 itu mengalami kerusakan berat di hampir seluruh bagian bangunan, berdiri di lokasi rawan longsor di tepi jurang, dan sudah dua kali dilanda musibah saat hujan deras yang merusak atap hingga menyebabkan plafon bocor.

Situasi ini dinilai membahayakan keselamatan ratusan siswa dan guru, sekaligus mengganggu proses belajar-mengajar.

Ia menekankan bahwa renovasi besar-besaran sudah menjadi kebutuhan mendesak.

Politisi Golkar itu juga mengungkapkan, awalnya perbaikan sekolah direncanakan akan diambil alih Kementerian Pendidikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Namun, hingga saat ini, kepastian pelaksanaan renovasi belum kunjung jelas.

“Pemerintah kota ambil alih. Dananya ada. Ini soal urgensi dan keselamatan. Tidak ada alasan untuk menunda lagi,” tegas Novan, Jumat (8/8/2025).

Novan menilai, menunggu proses birokrasi pusat terlalu berisiko bagi siswa.

Karena itu, ia mendorong agar Pemkot Samarinda segera mengambil keputusan politik dan teknis untuk memulai renovasi, sembari melakukan perbaikan darurat pada titik-titik kritis seperti tangga yang rapuh dan plafon yang nyaris runtuh.

Saat ini, SDN 020 menampung 161 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Meski kondisinya mengkhawatirkan, sekolah ini tetap menjadi satu-satunya pilihan bagi anak-anak di wilayah tersebut.

Novan mengatakan bahwa penanganan harus mempertimbangkan faktor geografis dan beban bangunan, mengingat lokasi sekolah berada di area lereng yang rawan.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menyuarakan keprihatinan serupa.

Ditegaskannya, sekolah ini bukan hanya kekurangan dari sisi infrastruktur utama, tetapi juga minim fasilitas penunjang.

“SDN 020 ini layak jadi prioritas. Banyak kekurangannya, dan lokasinya pun dekat jurang. Saat hujan deras, sekolah ini sudah dua kali mengalami musibah atap terbang dan plafon bocor. Proses belajar-mengajar jelas terganggu,” ungkap Puji.

Lanjutnya, selain memperbaiki bangunan utama, renovasi harus mencakup perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih, ruang UKS, serta perpustakaan yang layak.

Ia menilai, sekolah di daerah rawan seperti ini memerlukan standar keamanan yang lebih tinggi, termasuk pelatihan evakuasi bencana bagi siswa dan guru.

Puji menegaskan, keselamatan siswa jauh lebih penting daripada menunggu kepastian pencairan anggaran pusat yang tak jelas waktunya.

“Jangan sampai kita menunggu kejadian buruk baru bertindak. Anak-anak ini berhak belajar di tempat yang aman,” pungkasnya. (lis)