BERI.ID – Mekanisme reaksi cepat melalui Tim Gerak Cepat (TGC) di seluruh 26 puskesmas, dibentuk Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda.
Kepala Dinkes Samarinda, Ismed Kusasih, menegaskan bahwa strategi ini dipilih karena pengawasan MBG tidak bisa lagi bergantung pada laporan insidental atau temuan belakangan.
TGC menurutnya jadi ujung tombak yang menjaga setiap titik distribusi MBG di sepuluh kecamatan.
Dengan jangkauan yang luas, hanya TGC yang memiliki kapasitas untuk bergerak dalam hitungan menit.
“Ada unitnya di semua puskesmas. Program ini tersebar luas, jadi tim cepat ini yang bisa melakukan respons tercepat,” jelasnya.
Dalam desain baru pengawasan MBG, TGC menangani fase awal dugaan insiden kesehatan.
Namun apabila situasi berkembang menjadi kedaruratan, Dinkes menautkan sistem ini dengan program prioritas Wali Kota Samarinda, layanan doctor on call.
Dokter yang masuk daftar siaga akan diterjunkan langsung untuk memberikan penanganan lanjutan.
“Begitu kasus yang muncul masuk kategori gawat, dokter on call langsung kita gerakkan. Mereka memperkuat penanganan di lokasi,” ucap Ismed.
Sistem dua lapis ini dianggap sebagai elemen penting mengingat distribusi makanan MBG berlangsung setiap hari dan mencakup ribuan pelajar.
Tanpa pengawasan yang berjenjang, potensi risiko sulit dikendalikan.
Ismed tidak menampik bahwa MBG masih memerlukan penyempurnaan besar.
Namun ia menegaskan bahwa Dinkes justru sudah mengambil langkah-langkah pencegahan bahkan sebelum pemerintah pusat mengeluarkan pedoman teknis lengkap.
Pelatihan penjamah makanan, misalnya, telah dimulai lebih awal untuk memastikan standar higienis tetap tinggi.
“Karena ini program baru, kami harus menutup semua celah. Pelatihan penjamah makanan pun kami jalankan lebih dulu sebelum ada arahan resmi,” tandasnya.
Pendekatan baru melalui TGC menempatkan keamanan pangan sebagai fokus utama, bukan sekadar pelengkap dari program bantuan makan. (lis)







