Profil  

Kota Kecil Bernama “BOND-TANG”

SAMARINDA – Salah satu kota kecil di Kalimantan Timur yang saat ini dikenal sebagai Kota Taman memiliki hal menarik untuk ditilik. Dari aspek geografis, komposisi dan pola pembangunan hingga sejarahnya. sebuah kota yang awal mulanya hanya sebuah perkampungan kecil di daerah aliran sungai.

Kota Bontang; yang kini sudah pesat perkembangannya, walaupun baru Tiga Generasi Pemerintahannya berjalan. Namun dengan tata kelola politik dan ekonomi daerah yang baik, kota ini pun berhasil sabet beberapa penghargaan bergengsi hingga tak kalah dengan dua Kota lainnya yang ada di Kalimantan Timur.

  • Geografis

Secara geografis Kota Bontang terletak antara 117º23’ Bujur Timur sampai 117º38’ Bujur Timur serta diantara 0º01’ Lintang Utara dan 0º12’ Lintang Utara. Ketinggian 0 – 106 Meter di atas permukaan laut.

Luas Wilayah kota bontang secara keseluruhan adalah 49.757Ha (4 mil laut) dengan komposisi Luas Daratan 14.780 Ha (29,71%) dan Luas Lautan 34.977Ha (70,29%).

  • Sejarah

Sejarah awal mula Kota Taman ini sangat penting untuk diketahui, selain menarik dan memiliki kesan sejarah sangat kuat juga memberikan informasi serta gambaran sebuah peradaban yang pernah ada di tanah nusantara kita indonesia khususnya di kalimantan timur.

Dari beberapa sumber yang beritainspirasi.info himpun, bermulanya sejarah kota ini dari salah seorang kerabat Sultan Kutai yang bernama Aji Pao dengan ditemani beberapa orang kepercayaannya yang berjalan mencari tempat baru untuk dijadikan sebagai lahan berkebun, berburu dan meramu sekaligus tempat bermukim baru.

Hingga pada suatu waktu, rombongan kecil Aji Pao tiba di suatu daerah dengan aliran sungai yang konon dijaga oleh makhluk halus dengan julukan “SANG” yang berjumlah tiga “SANG”; yaitu “Sang Attak” penjaga sungai Api-api, “Sang Kina” yang menjaga aliran Anak sungai Sangatta (Sungai Sangkima), “Sang Antan” yang juga menjaga anak sungai Api-api. Dan Konon Aji pao meminta agar dapat dijadikan pemukiman serta lahan pertanian perburuan dan tempat meramu hasil hutan. Permintaan tersebut diluluskan oleh ketiga “SANG” tersebut dengan turut juga berjanji untuk menjaga keamanan dan keselamatan para pengikut Aji Pao.

Letak yang strategis yaitu di daerah tepi sungai memberikan peruntungan untuk Aji Pao dan pengikutnya. Subur tanahnya, binatang buruan tidak susah untuk didapat, dan ikannya yang banyak dengan ragam jenis sangat mudah untuk diperoleh, sehingga daerah pemukiman baru tersebut membuat suksenya Aji Pao menemukan daerah baru untuk bermukim dan membangunnya. Saat zaman Aji Pao tersebut, Sultan Kutai saat itu dipimpin oleh Aji Muhammad Salehudin (1782-1850) Sultan Kutai ke-16.

Seiring berjalannya waktu, kabar akan daerah subur tersebut tersebar luas, hingga banyak orang dari berbagai suku bangsa membangun dan menjalin hubungan kekeluargaan, kebersamaan, dan kegotongroyongan. Suku bangsa yang mulai berdatangan ke daerah baru ini terdiri dari berbagai etnis suku bangsa, yaitu Bajao, Bugis, Arab, China, Melayu, dan Suku Kutai sebagai tuan rumah. Kesemuanya hidup bersatu, rukun, tenteram, damai, saling bahu membahu dan bergotong royong membangun dan mengembangkan daerah tersebut. Hingga pada akhirnya tersirat dalam hati Aji Pao untuk memberi nama daerah ini dengan sebutan Bontang yang merupakan akronim Bahasa Belanda “BOND” yang berarti kumpulan atau Bahasa Inggris yang artinya ikatan persaudaraan, serta “TANG” yang berarti pendatang.

KOTA BONTANG

Hingga saat sekarang, kota kecil inipun masih terus berupaya mengembangkan diri dan potensinya. merintis dari perkampungan kecil kemudian bertaransformasi menjadi sebuah kecamatan hingga berhasil diresmikan sebagai Kota Otonom, hal ini tak lepas dari peranan masyarakat yang aktif dalam membangun kotanya. Kini Kota Bontang dipimpin dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp, OG yang tak lain adalah Istri dari Walikota pertama dr. H. A. Sofyan Hasdam,Sp.S. (Red)

kpukukarads