TENGGARONG – Irama, keras suara serta fisik dan gaya, jadi penilaian yang dipertandingkan. Tapi bukan pertandingan paduan suara atau vocal grub seperti biasa. Ini penilaian khusus kicau burung dari sangkar yang ada di arena gantangan.
Setiap sangkar burung yang tergantang di arena lomba artinya, telah siap memamerkan kicauan merdu, keras serta gerak terbaik burung-burung gacoan terbaik dari para pemiliknya. Lomba burung bukan semata-mata mempertaruhkan hadiah perlombaan. Lomba kicau burung esensinya merupakan ajang adu gengsi.
Dimana sang pemilik berlomba memastikan burung kicau miliknya menang atas pamor diantara sesama kicau mania. Dalam perlombaan kicau burung ini, ada tiga kelompok besar burung yang paling sering dilombakan.
Ada kelompok fighter, semi fighter dan non fighter. Dengan 11 jenis burung di dalamnya. Kelompok fighter terdiri dari burung-burung yang bisa berkicau ketika ada lawannya yaitu burung jenis kacer, jenis murai batu dan burung jenis kolibri.
Kelompok semi fighter terdiri dari burung-burung yang bisa berkicau tanpa ada lawan, namun berkicau lebih hebat ketika ada lawannya yaitu burung jenis kenari, jenis cucak hijau, jenis cucak jenggot dan burung jenis beranjangan.
Kelompok non fighter terdiri dari burung-burung yang bisa berkicau tanpa ada lawan, yaitu burung jenis anis merah, burung jenis anis kembang, burung jenis pleci dan burung jenis lovebird.
Jika pembaca pernah menyaksikan perlombaan kicau, selain suara burung yang ramai dan merdu terdengar. Kalian pasti mendengar jela,s keras suara para joki gantangan yang berteriak guna memancing burung jagonya untuk berkicau. Bahkan tak jarang para joki, meneriaki juri agar memperhatikan burung miliki nya, untuk memberikan nilai.
Para pencinta burung ini tumbuh sebagai komunitas sosial dan hobi. Semakin besar tingkat perlombaan, mulai dari Kecamatan, hingga regional dan nasional. Semakin tinggi pula gengsi atau pamor yang diperebutkan. Hobi itu pula yang mampu membawa mereka turut ikut memperhatikan kondisi sosial yang terjadi di masyarakat.
Seperti perlombaan kicau yang terselengara, Minggu (9/12). Kukar Bersatu Cup 1 2018 yang bertajuk ‘event amal Koetai for Palu dan Donggala’. Event berkelas kali ini di inisiasi oleh EO Ronggolawe Nusantara dan Oriq Jaya, dilaksanakan oleh Kampung Baru (KBR) Team.
“Perlombaan kali ini bertujuan sosial, guna memperingan derita bencana saudara-saudara kita di Palu dan Donggala,” Ujar Ary Ismail ketua panitia Kukar Bersatu Cup 1 2018.
Ary yang ditemui dlokasi gantangan Zahra, jalan Jelawat, Tenggarong, Kukar. sedang sibuk menerima pendaftaran para kicau mania yang semarak untuk ikut event kali ini. Ia juga menegaskan, panitia akan menyisihkan uang pendaftaran senilai 30 ribu rupiah di setiap kelas yang ditandingkan. Untuk membantu korban bencana Palu dan Donggala. Bahkan panitia mnyiapkan kotak amal dilokasi acara untuk siapa saja yang ingin menyumbang korban bencana.
Semangat membantu sesama ini hadir dari rutinitas silahturahmi para kicau mania. Baik di arena gantangan ataupun diluar arena. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Husni Fahruddin, selaku Pembina Kampung Baru Team.
Menurutnya, untuk persoalan kemanusian, solidaritas bisa datang dari berbagai macam kelompok. Termasuk dari para pecinta kicau ini, yang ikut dia support untuk menyelenggarakan event amal seperti sekarang ini.
“Komunitas hobi seperti ini justru sangat mampu membangun silahturahmi yang baik dan tak terbatas ruang. Dari silahturahmi itulah hadir semangat kami untuk membantu meringankan beban saudara kita yang mengalami bencana di Palu dan Donggala,” Ucap Ayub sapaan akrab tokoh pemuda Kukar ini.
Event yang dimulai sejak pukul 12.00 wita tadi ini, mampu menjual 236 tiket lomba. Dengan berbagai jenis kelas lomba burung. Panitia pun berhasil mengumpul Rp 2.010.000 hasil dari pendaftaran para pencintai kicau mania, yang akan didonasiikan untuk Palu dan Donggala. Donasi tersebut akan disalurkan melalui dinas sosial Kutai Kartanegara. Senin nanti (10/12) donasi akan diserahkan panitia ke dinas sosial. (Red)