SAMARINDA – Aksi demonstrasi mahasiswa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja terus berlanjut.
Rabu (28/10) waktu sore. Bertepatan momentum hari sumpah pemuda, Aliansi Mahasiswa Kaltim Menggugat (Mahakam) kembali menggelar aksi demonstrasi.
Aksi ini merupakan aksi lanjutan. Ke delapan kalinya di Kaltim pasca penetapan UU tersebut. Berlangsung depan gerbang Kampus Universitas Mulawarman (Unmul) dibilangan Jalan M. Yamin, Samarinda.
Humas aksi Yohanes Richardo mengatakan, demonstrasi ini digelar lantaran belum adanya sikap tegas pemerintah provinsi untuk menolak UU Cipta Kerja. Pada aksi sebelumnya hanya menghasilkan MoU mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi mengenai tuntutan Aliansi Mahakam.
“Tidak ada sikap tegas Pemprov Kaltim untuk menolak UU Cipta Kerja,”ungkapnya dikonfirmasi sementara aksi berlangsung.
Dengan tegas dirinya mengatakan, pihaknya (Aliansi Mahakam) mendesak agar pemerintah segera mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Selain itu juga mereka berkomitmen akan terus melakukan perlawanan hingga UU tersebut dicabut.
“Aksi-aksi penolakan akan terus kita lakukan hingga UU ini dicabut,”terangnya.
Bagi mereka, UU tersebut hanya memberikan ruang investasi yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan kaum pekerja.
Mosi tidak percaya terhadap pemerintah menjadi seruan pada aksi kali ini. Hal itu lantaran buntunya ruang komunikasi.
Menurut Richardo, aksi demonstrasi dengan seruan penolakan yang kerap dilakukan tak kunjung digubris oleh pemerintah. Baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
“Tidak ada kata lain, ini merupakan Mosi tidak percaya kami terhadap pemerintah,”paparanya.
- Aksi Mahasiswa Dibubarkan Warga
Aliansi Mahakam memulai aksinya sekitar pukul 16.00 Wita. Secara bergantian mereka berorasi. Dalam aksinya, mahasiswa sambil membentangkan spanduk hingga membakar ban.
Aliansi Mahakam juga menutup sebagian arus jalan. Akibatnya para pengguna jalan berputar dari lintasan depan gerbang kampus Unmul.
Aksi ini berlangsung hingga malam hari. Usai sholat Magrib. Terjadi keributan antara sekelompok warga bersama peserta demonstrasi.
“Ini jalan umum, jalan umum. Bukan jalanan kalian,”kata seorang dari mereka saat membubarkan masa aksi.
Dari pantauan dilokasi, Aliansi Mahakam diminta menepi dipinggir jalan. Tepatnya dijalan utama pintu masuk kampus Unmul.
Keributan itu tak berlangsung lama, sekira 15 menit. Mahasiswa kembali langsungkan aksi. Mereka mengambil tempat, tepat dibawah gerbang kampus Unmul.
Setidaknya masih ada puluhan mahasiswa yang bertahan usai keributan tersebut. Secara bergantian mereka kembali berorasi.
Richardo menyesalkan tindakan aksi premanisme tersebut dan berharap masyarakat sadar akan perjuangan mahasiswa.
Dirinya menjelaskan, ada dua orang pria tak dikenal membawa benda tumpul berupa kayu langsung mengarahkan ke masa aksi.
“Beberapa masa aksi juga ada yang melihat kalau ada yang bawa benda berupa pistol,” ungkap Ricardo.
Selain melakukan orasi, Masa Aksi juga melakukan treatrikal, membaca puisi perjuangan hingga menyanyikan yel-yel perjuangan mahasiswa.
Terakhir masa aksi melakukan pembakaran keranda yang bertuliskan tolak Omnibuslawa di depan gerbang Unmul. Sebagai simbol matinya demokrasi di Republik ini. (Fran)