SAMARINDA – Sejumlah bakal calon walikota kota Samarinda tampaknya memberi perhatian serius dalam upaya menyelesaikan persoalan banjir.
Hal ini seperti terlihat dalam diskusi publik bertajuk “Bedah Gagasan Calon Walikota Samarinda” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (Bem) Fakuktas Ekonomi Dan Bisnis (FEB) Unmul.
Acara yang digelar pada Kamis, (12/03/20) di lantai 4 gedung rektorat Unmul ini menghadirkan tiga bakal calon, dua diantaranya akan maju melalui jalur independen Yaitu Zairin Zein, Parawansa Asoniwora, dan Rusmadi Wongso yang akan maju bersama ketua DPD Gerindra, Andi Harun.
Permasalahan banjir menjadi ulasan menarik setiap kandidat. Rusmadi Wongso misalnya, ia meyakini bahwa secara bertahap banjir dikota tepian ini bisa diselesaikan.
Masalah yang ia anggap serius itu tidak bisa dilihat secara sepotong sepotong, demikian pula dalam menyelesaikannya harus dilihat dari hulu hingga hilirnya.
Daerah hulu kata Rusmadi dengan kondisi hutan yang sudah gundul, lalu ada bendungan benanga dengan kapasitas tampungan air yang cukup besar tetapi daya tampungnya semakin menurun.
“Kalau ini tidak dihijaukan maka rasanya sulit menyelesaikan banjir, pengerukan waduk benanga juga harus segera dilakukan,”kata Rusmadi.
Sementara diperkotaan kata dia, permasalahan utamanya adalah gorong-gorong. Jika hujan terjadi air meluap hingga kerumah warga. Namun begitu kata Rusmadi posisi sungai masih ada hingga separuh tidak ada isinya.
“Jika hujan maka dari karang mumus keluar kepermukiman, tetapi kalau jalan ke jembatan dua di kehewanan, sungai itu separuhnya gak ada air,”ucapnya.
Atas hal itu Rusmadi menilai aliran sungai tidak berfungsi dengan baik. Namun dirinya meyakini banjir bisa diselesaikan secara bertahap.
Dalam menarasikan masalah banjir, senada pula dengan Parawansa Asoniwora, namun baginya itu bukan masalah utama. Masalah utama bagi dia adalah political will atau kemauan politik dari pemangku kebijakan.
Menurut dia ada kebijakan politik yang tidak kompoten di kota Samarinda yaitu perijinan tambang, hadir lebih besar kerugiannya daripada kontribusinya terhadap daerah. “Termasuk banjir tidak bisa dikesampingkan salah satu penyebabnya adalah tambang,”katanya.
Menurutnya harus ada keberanian, hitung hitungan antara besar kontribusi dan kerugiannya untuk mengambil sikap dalam menentukan kebijakan.
Senada dengan Rusmadi, pengerukan waduk dan Sungai karang mumus perlu dilakukan. Tetapi baginya harus ada jangka waktu dalam proses pelaksaan itu.
“Pertanyaanya gini, masa iya setiap tahun harus kita anggarkan terus untuk pengerukan, karena sedimentasi itu terjadi faktor utamanya itu dari pertambangan,”urainya.
Sementara Zairin Zein mengatakan bahwa hujan bag kondisi yang menakutkan bagi masyarakat karena selalu menyebabkan hujan. Baginya itu adalah cukup besae yang tengah dihadapi kota Samarinda.
Dirinya menilai dengan segera dikeruknya waduk benanga itu bisa mengurangi ketakutan masyarakat Samarinda.
“Kemudian kalau sungai karang mumus juga tidak dikeruk itu juga sulit, maka sungai harus kita keruk juga, jika memungkinkan dilebarkan, insya Allah Samarinda akan terbebas dari banjir,”katanya. (Fran)