Demokrasi Masih Dalam Bayangan Orde Baru

Penulis : Dewan Pimpinan Komisariat GMNI FISIP UNMUL Yohanes Richardo N.W


  • Demokrasi Tapi Dilarang Baca Buku

Dalam manifesto Marx nalar yang memberontak sebuah karyanya menjabarkan filasafat materialisme dialektis dari sudut pandang modern yang merupakan sebuah metodologi komprehensif dalam menjelaskan hukum-hukum yang mengatur alam dan masyarakat, Dia mengatakan Ketidaktahuan tidak akan pernah menolong siapapun. Teori kritis Marx menjadi doktin tajam sebab analisisnya berhasil menelanjangi kapitalisme dimulai dengan kerja secara teoritikal maupun praktikal.

dprdsmd ads

Buku merupakan sumber imu pengetahuan ilmiah dalam mengenalkan kaidah-kaidah bernalar secara sadar, sekumpulan sel berfikir yang mendorong mental bernalar bahkan mengemukakan argumentasi secara logis serta mempercepat proses kesadaran. Melalui buku, cakrawala berfikir terbuka luas. Tentu saja tidak ada batasannya dalam membedah berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan lain-lain dengan semangat yang kritis juga aktiv ditiap geraknya peradaban zaman.

Hal ini tentu saja sebagai manusia yang sadar, buku apapun itu menjadi sajian penting sebagai bahan belajar mengenal dan memahami dunia. Pengetahuan revolusioner untuk membebaskan umat manusia dari belenggu penindasan oleh kekuatan pasar bebas, yang saat ini dikendalikan kelompok borjuasi, dari situ manusia memiliki kesadaran ingin kebebasan.

Namun, akhir-akhir ini, Negara sedang alergi, disibukkan dengan maraknya isu tentang pembredelan buku yang berbau “Kiri”, sebagai produk karya intelektual. Beberapa kasus terjadi Pembredelan buku kiri terjadi di Kediri pada 26 Desember 2018, Padang pada 08 Januari 2019, di Probolinggo pada 27 Juli 2019, , dan terakhir di Makassar.

  • Phobia Kebenaran Masa Lalu

Entah apa alasannya, sejarah miliknya siapa, yang jelas razia buku bukanlah cara menyelesaikan masalah. Mestinya aparat melakukan penelitian, pengkajian terlebih dahulu dan diberikan jawaban pembuktian ilmiah dari sudut pandang bantahan intelektual kepada publik. Bukan disita, dilarang bahkan bredel. Ini praktek yang menjijikkan, akibat malas membaca. Kehadiran aparat negara semestinya mendorong ruang demokrasi seluas-luasnya.

Bagi militer, pengetahuan kritis menjadi haram. Demokrasi diberhangus, intelektual kita telah dilecehkan ketika negara semakin buas, gemar melakukan pembredelan buku sangat naas. Praktek orde baru dipertontonkan, warisan orde baru menunjukkan wajah yang seram.

Padahal di era yang demokrasi ini, kesempatan dalam mengenyam dalamnya sumur ilmu pengetahuan mesti terus digali, diselami sedalam-dalamnya. Negara, tentunya memiliki peran penting mencerdaskan kehidupan bangsa tertuang dalam Pembukaan UUD alinea pertama. Sayangnya, justru kebalikannya, yakni membodohkan kehidupan bangsa

Buku produk intelektual, bagian dari sejarah bangsa, lantas  apa alasannya ? Tentu saja menjadi pertanyaan besar ditengah era demokrasi saat ini, semenjak bangsa ini telah melewati pengalaman pahit, 32 tahun para kelompok militer berkuasa dibawah kuasa tirani pemimpin otoriter dan diktator, sejak dikeluarkannya TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966. Stigma berfikir masyarakat dicuci, sejarah bangsa dikaburkan. Sejauh ini, kita masih penuh menduga-duga apa tujuan dibalik ini, ataukah secara tidak sadar bahwa sistem negara kita sudah kembali ke orde baru.

  • Minim Literasi

Dalam sebuah data yang digubris oleh sumber media online WE Online, Bandung mencatat literasi Indonesia ranking terbawah kedua di dunia, Indonesia menempati ranking ke 60 dari 61 negara dalam hal literasi dan membaca. Walau, berdasarkan hasil survei World Culture Index Score 2018, kegemaran membaca Indonesia meningkat signifikan yang menempati urutan ke-17 dari 30 negara.

Hal tersebut sudah membuktikan, kita masih jauh dari budaya yang ilmiah, mestinya didorong spirit belajar bukan memperhambatnya atau justru mempersumbat kemajuan berfikir sepertinya untuk berfikir saja rasanya dalam kurungan penjara yang hampa.

Diera yang globalisasi, manusia justru lebih mudah mengakses suatu pengetahuan dengan kecanggihan teknologi, misalkan mencari PDF dinternet,sumber referensi literasi buku apa saja yang ingin dibaca, salahsatunya tentang paham yang berbau kiri.

Jadi jangan pernah takut tentang segala sesuatu yang tidak diketahui, membaca untuk merdeka, bukan merawat kebodohan dan membenarkan kesalahan.

Terakhir mengutip kata Bung Karno, “Belajar tanpa berfikir itu tidaklah berguna. Tapi berfikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya!”


*Opini mengenai penulisan diatas adalah tanggung jawab penulis tertera. tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi