Dorong Penangkaran Buaya, Perusahaan Harus Tanggung Jawab

Anggota DPRD Bontang Faisal (doc. Sulez/Beri.id)

BONTANG – Aktivitas warga pesisir Laut Selambai Lok Tuan, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan di laut. Ini memang menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Sejak dulu laut dijadikan sebagai lahan untuk mencari kebutuhan hidup.

Muhammad Nur seorang nelayan pencari umpan mancing, mengatakan sejak enam tahun lalu waktu awal dirinya merantau ke Bontang. Sudah mendengar akan keberadaan buaya disekitar laut Selambai.

Sejak dua tahun kebelakang ini dirinya baru aktif mencari umpan ikan. Malamnya, dihabiskan untuk mencari udang kecil di bawah kolong jembatan pemukiman di Selambai. Ketika air sudah surut, setinggi mata kaki. Pukul 21.00 hingga tengah malam. Hingga larut malam.

“Pernah saya liat. Ukurannya besar. Hampir enam meter. Saya senter matanya, menyala. Memang itu buaya,” ucap Nur sapaannya, saat di sambangi awak media di kediamannya, Laut Selambai, Lok Tuan, Minggu (28/2) sore lalu.

Mantan buruh pikul pelabuhan ini, mengaku kalau saat pergi memancing di sekitar laut Selambai, dirinya pernah bertemu dengan buaya. Berukuran hampir enam meter. Tapi tidak mengganggu. Berdiam saja di atas air.

Ia memastikan kalau memang banyak buaya di laut Selambai, diketahui melalui pengindraan mata yang memang ukurannya berbeda-beda. Setiap kali melihat sosok buaya yang berenang di sekitar tempat itu.

“Buaya sering saya lihat di sekitar hutan bakau situ, tapi tidak ganggu perahu. Diam disitu aja,” ungkapnya.

Anggota DPRD Bontang Faisal juga bercerita, kalau dulu dirinya bersama dengan teman sebayanya waktu semasa sekolah SMA, berani berenang bebas di laut.

Bahkan berenang sampai ke seberang. Sisi laut Selambai, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari tempatnya biasa berenang.

Kini Laut Selambai tak seperti dulu lagi. Lebih mencekam. Akibat dari banyaknya buaya yang meneror warga sekitar.

“Sudah hampir tiga tahun ini warga banyak yang diserang buaya saat bersantai di pinggir laut. Sudah delapan kasus yang dicatat,” kata Faisal, saat ditemui dirumahnya, tak jauh dari kediaman Nur.

Pun begitu, menurutnya kejadian itu memang tak membuat ada efek jera.

Bahkan pemerintah sudah memasang peringatan di sekitar laut Selambai. Larangan untuk berenang, karena adanya keberadaan buaya. Yang acap kali menggangu masyarakat berenang.

Diakui itu karena memang karakter warga pesisir yang menggantungkan hidup di atas laut. Jadi sudah di anggap biasa.

“Sudah ada plangnya. Tapi yah memang begitu. Karena rutinitas anak pesisir seperti itu,” ucapnya.

Kemunculan buaya yang meresahkan ini, di dalangi dari pembangunan pabrik. Yang lakukan reklamasi dan menganggu sarang buaya yang memang menjadi habitatnya.

Jadi buaya yang berada di sekitar itu, mencari tempat baru. Akhirnya, pergi ke pemukiman dan kadang menganggu dan menggigit masyarakat sekitar.

“Belum ada perluasan pabrik, kami ya santai-santai saja,” jelas Faisal.

Dirinya mendorong agar perusahaan bertanggungjawab atas masalah ini. Dengan membantu pemerintah dalam upaya membangun penangkaran buaya. Seperti halnya yang sudah terbangun di penangkaran buaya Teritip, Balikpapan.

“Kita dorong semua pihak terkait untuk bangun penangkaran buaya,” tegasnya.

Ia juga mengklaim sudah lakukan koordinasi dengan pihak TNK dan BKSDA Bontang untuk melakukan penangkapan buaya, yang sudah memakan banyak korban ini.

“Saya sudah koordinasi, nanti mereka bisa eksekusi,” jelasnya. (Esc)

kpukukarads