Samarinda, Beri.id – Menghadapi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terus meningkat, Sri Puji Astuti, Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dan pendidikan dalam upaya pencegahan. Menurutnya, pendekatan berbasis komunitas dan peningkatan kesadaran melalui pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kekerasan yang terjadi.
“Sejauh ini kekerasan terhadap perempuan dan anak di Samarinda, yang mencatat 100 kasus pada tahun 2023 dan 80 kasus hingga Maret 2024,” bebernya (13/5/2024).
menyoroti bahwa banyak kasus kekerasan terjadi karena kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang hak-hak perempuan dan anak.
Oleh karena itu, ia mengusulkan program pendidikan yang menyeluruh mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, yang tidak hanya mengajarkan tentang hak asasi manusia tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dan penghargaan terhadap martabat setiap individu.
Pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi perempuan, dan aparat penegak hukum.
“Selain itu, diperlukan penguatan kerja sama antara Pemerintah Kota Samarinda, lembaga swadaya masyarakat, organisasi perempuan, dan aparat penegak hukum,” tegasnya.
Menurutnya, investasi dalam pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan jauh lebih efektif dalam jangka panjang dibandingkan hanya mengandalkan penindakan hukum.
(Adv/ DPRD Samarinda)