Gang 21 Brother’s, Kumpulan Seniman Kayu Asal Loktuan

BONTANG – Ditangan kreatif sekumpulan anak muda asal Loktuan, limbah kayu jati belanda dapat berubah menjadi hasil karya yang memiliki nilai seni dan bernilai ekonomi. 
Tak tanggung-tanggung buah karya sekelompok pemuda yang menamakan diri Gang 21 Brother’s ini pun bahkan pernah mendapat orderan dari Arab Saudi.

Beritainspirasi.info jum’at (7/7) berkesempatan main ke garasi sebuah rumah di Jalan Kapal Pinisi 2 Loktuan yang belakangan mereka fungsikan menjadi Workshop kerja. 

dprdsmd ads

Tampak karya mereka yang berbahan dasar kayu itu tertata dengan indah. Diantaranya bermacam cendra mata, jam dinding, furniture neon box, bingkay kayu serta tas kayu.

Sulitnya mendapatkan pekerjaan mendorong mereka untuk berpikir kreatif. Limbah kayu palet pabrik dekat tempat tinggal mereka menjadi sasaran eksperimen kreatifitas sekelompok pemuda ini.

“Kurang lebih setahun belakangan baru bener-bener kami seriusin usaha ini,” ujar Sandy yang akrab di sapa Aco.

Menjalin persahabatan puluhan tahun bukan lah hal yang mudah untuk semua orang. Lewat aktifitas usaha kolektif di Gang 21 Brother’s persahabatan lebih dari 10 pemuda ini mampu terjaga dengan baik. Setiap hasil keuntungan akan dibagi kemudian sebagian lagi disimpan untuk keberlangsungan usaha. 

Lewat Gang 21 Brother’s mereka berupaya menepis stikma miring yang kerap di alamatkan kepada mereka.

“Bisa tetap ngumpul, ngopi bareng kawan-kawan yang memang teman dari kecil, namun sambil menghasilkan karya yang bernilai ekonomi,” tambah Megy. 

Lewat karya seni, seolah mereka ingin menunjukkan bahwa anak gang yang dicap nakal, gondrong, dan terkesan urakan tidak selalu negatif.

Sandy alias Aco lah yang mengawali usaha kolektif mereka, serta dengan telaten mengajari rekannya untuk berkreasi terutama seni transfer gambar dengan media kayu sebagai salah satu prodak yang lagi banyak peminatnya. 

Layaknya sebuah usaha tentu memiliki kendala, bahan baku yang sulit di dapat seiring semakin susah dan panjangnya prosedur untuk mengeluarkan limbah kayu palet dari pabrik disekitar tempat tinggal mereka. 

“Kayu jati belanda terpaksa kami datangkan dari pulau jawa, kayu ini kami pilih karna lebih kuat tak dimakan rayap serta memiliki tekstur corak yang bagus,” beber Aco Sandy. 

Selain tingginya harga,kendala ekspedi pengiriman kayu juga kerap menjadi kendala tersendiri. Bahkan mereka sempat tertipu uang pemesanan kayu sudah dibayar, barang tak kunjung datang.

“Selain itu baru saja,sekitar bulan mei. Pesanan kayu kami ikut terbakar diatas kapal kargo barang di Surabaya dan barang tidak kami asuransikan guna menekan biaya pengiriman,” kata Aco Sandy. 

Setiap kerajinan akan dibuat sesuai keinginan pemesan, harga pun akan menyesuaikan dengan ukuran dan tingkat kesulitan yang dipesan. 

Tinggi pesanan namun minim modal menjadi kendala tersendiri bagi mereka, bantuan sebagai bentuk perhatian dari perusahaan dan pemerintah pun belum diterima guna membesarkan usaha mereka. 

Meski begitu, lewat beberapa kali ikut pameran dan aktif mempromosikan di media sosial. Hasil karya tangan mereka cukup diminati pasar, bahkan mereka pernah mendapat pesanan dari Arab Saudi. (and)