Tak Patah Arah Ditengah Gelombang PHK, Pemuda Asal PPU Ini Kembangkan Usaha Rumahan Berbahan Sabut Kelapa

Nardi, Pemuda Asal Penajam Paser Utara (PPU) saat memarut sabut kelapa sebelum dibuat menjadi Pot bunga

PENAJAM – Pandemi Covid-19 tak menjadi alasan untuk tidak produktif dan berkreativitas. Begitulah ungkapan yang perlu disematkan kepada pemuda asal Penajam Paser Utara (PPU) ini.

Meskipun terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada salah satu perusahaan tambang di Kalimantan Tengah pada Mei lalu, Pria yang akrab disapa Nardi itu, melihat potensi untuk mengembangkan usaha rumahan dari komoditas kelapa.

dprdsmd ads

Nardi menjelaskan, usaha yang baru ia jalankan pada bulan Juni lalu karena banyaknya sabut kelapa yang tak jauh dari tempat mertuanya.

“Kebetulan ditempat mertua ini, dibelakang rumah banyak sabut kelapa tetapi bentuknya masih utuh. Orang habis kupas kelapa, itulah yang saya olah,”kata Nardi dikonfirmasi, Rabu (09/09/20).

Mulanya kata Nardi, mengetahui bahwa sabut kelapa bisa bermanfaat untuk banyak hal.

Bermodalkan alat pencarian di internet, alumnus Fisip Unmul ini memilih untuk mengolah sabut kelapa itu menjadi Pot bunga dan cocopeat atau bahan tanam.

“Saya lihat ternyata bisa dibuat untuk pot bunga, disitulah aku coba, aku belajar. Dari yang saya buat hasilnya ada dua, yang serat panjang bisa buat pot bunga dan serbuknya menjadi media tanam,”ungkap Nardi.

Bulan pertama adalah proses belajar untuk mengukur kualitas hasil produksi. Nardi menyebut, pada bulan ke dua baru ia mulai promosi melalui media sosial. Alhasil peminat pasar hasil produksinya sudah keluar sampai Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Alhamdulillah, untuk permintaan pasar saat ini selain dipenajam sudah sampai Samarinda, dan Balikpapan. Sanggata juga mulai buka jalur, dalam waktu dekat kita akan kirim ke Kalteng,”urainya.

Nardi mengakui, produksinya saat ini belum terlalu maksimal. Selain karena baru ia mulai, faktor lain juga karena kondisi alam. Apabila cuaca hujan maka ia tidak bisa produksi. Karena dalam prosesnya ia masih menggunakan alat seadanya, sabuknya harus diparut lalu dijemur.

Padahal kata dia, dalam kondisi kerja yang tidak maksimal pun, bersama mertua dan istrinya, mereka bisa menghasilkan hingga puluhan pot bunga dalam sehari.

“Kalau hitungan ekonomi sebetulnya selama kita mau berkreativitas ada aja peluang yang menjanjikan, karena kalau dilihat selama saya buat ini, ada aja pesanan. Walaupun belum banyak yang kenal tetapi ada aja peminatnya,”imbuhnya.

“Untuk saat ini cukuplah untuk membantu ekonomi keluarga, apalagi saya juga belum maksimal. Kalau kita betul betul maksimalkan. Bisa jadi, kita buat lagi produk baru dari sabut kelapa, cukup menjanjikan sih,”lanjutnya lagi.

Nardi menilai, jika ada kemauan untuk berkreativitas, banyak hal, terkadang dianggap tidak bermanfaat tetapi bisa menjadi potensi ekonomi. Hal itu menurut dia sebagai model pemberdayaan dengan memanfaatkan potensi yang dilingkungan.

Saat ini, dirinya mulai mendesain ragam bentuk dan ukuran pot untuk menyayasar potensi pasar.

(Fran)