Jelang Lebaran, Bisnis Mie Bakso Meningkat hingga 4 kali Lipat

SAMARINDA – Dalam sepekan terakhir, jelang lebaran, para perajin produksi kebanjiran pesanan, Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat, Hampir semua komoditas terjadi peningkatan permintaan pasar.

Bukan saja kue kering yang menjadi primadona untuk sajian hari raya Idul Fitri, Hal ini juga dirasakan oleh salah satu pelaku usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Samarinda, Kaltim, Produksi mie Basah (mie bakso)

Mereka juga mengaku terjadi peningkatan permintaan konsumen yang Signifikan, Berbeda seperti hari biasa, Tingginya permintaan mulai terasa sejak 5 hari sebelum Lebaran. Bahkan meningkat hingga 2 kali lipat.

“Hari biasa kita produksi sehari cuman 10 hingga 15 sak tepung, dalam dua hari ini mulai meningkat hingga 30 sak,” Kata La Anjo, Owner Mie Sinar Sulawesi, saat dikonfirmasi Senin (03/05/19)

Kapasitas produksi terus ditingkatkan jelang dua hari lebaran, bahkan meningkat hingga 4 kali lipat berdasarkan permintaan dari konsumen yang juga terus meningkat.

Pemilik usaha dengan merek produksi Cap Angsa Dua ini mengaku, harus menambah tenaga untuk memenuhi permintaan pasar.

“dalam hitungan kerja 7 hingga 8 jam itu hanya sanggup 20an sak tepung sehati, iya kita harus nambah orang untuk bantu produksi,” katanya.

Disebutnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen harus dengan kemampuan produksi 100 sak dalam sehari, dengan peralatan sederhana dirasa itu tidak sanggup, namun Ia taktisin dengan penambahan jumlah pekerja.

“Ini kan olahan produksi keluarga, biasanya banyak keluarga memang sudah tau kalau kesibukan meningkat dekat lebaran, jadi banyak yang datang bantu,” sebutnya.

Bahkan, rumah produksi yang beralamat di Jalan Anggur ini biasanya beraktivitas dari subuh sampai subuh, secara bergantian.

Hasil Produksi Mie Angsa dua yang beralamat dijalan anggur, Kelurahan Sidodadi, kota Samarinda.

La Anjo menjelaskn, Bisnis rumahan itu mulai Ia tekuni sejak 2009 lalu, awalnya hanya melayani penjual bakso tetangga, kemudian masuk dipasar dalam kota. Kini pemasarannya hingga Loajanan dan Palaran. Sementara untuk pemasaran yang lebih luas, dirinya mengaku belum berani karena daya tahan hasil produksi yang tidak lama.

“Kalau itu harus ada formulasi yang jelas juga dengan kesehatan yang menunjang, karena kita produksi tanpa pengawet, mie ini hanya sanggup bertahan dalam kurun waktu 3 hari,” paparnya (Esc)

kpukukarads