Daerah  

Konsep bangunan ramah lingkungan, jadi konsen IAI Kaltim

SAMARINDA – Bergerak sebagai Event Organizer (EO) Anabata gelar acara Open Talk series di Samarinda pada, Kamis (29/11/18) di room Mahakam I Hotel Harris Samarinda.

Acara ini digelar bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalimantan timur dengan tujuan memberikan pemahaman arsitektur kepada masyarakat Samarinda, terkhusus para mahasiswa Bidang arsitektur.

Hadir dilokasi Akbar Jaya dari IAI Kaltim menyebutkan acara ini sebagai bentuk edukasi dan pembelajaran buat arsitek dan calon arsitek yang ada di Kaltim.

Sebagai seorang arsitek dirinya merasa sebagai salah satu pemeran utama sebagai penyebab dan penanggung jawab atas segala perubahan dimuka bumi, dirinya memandang arsitek bukan persoalan estetika semata tapi banyak hal yang terabaikan dimasyarakat.

“Tapi bagaimana kita menciptakan hubungan antara manusia,tempat,gerakan dan bentuk perkotaan, alam dan bangunan. Atau bagaimana penataan dan design bangunan, ruang publik, sistem transportasi, jasa dan pasilitasnya harus betul-betul direncanakan dengan baik,” tutur Bendahara IAI Kaltim ini.

Dirinya juga berharap Para Arsitek muda Kaltim mempunyai inovasi dengan Design yang Berkelanjutan atau sustainable design yang erat kaitannya dengan Eco Design, Green Design dan Environmental Design.

Seminimal mungkin sebagai arsitek berusaha sepenuhnya menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan dengan pendekatan design.

“melalui sikap tidak menggunakan Non-Renewable (sumber daya tidak terbarukan), meminimkan dampak terhadap lingkungan, serta berupaya menyatukan kembali Manusia dan Lingkungan Alaminya,” tuturnya

Talk series dengan tema proses design ini menghadirkan pembicara para Arsitek yg pengalaman di bidangnya yaitu Paulus Setyabudi (Paulus Setyabudi architechts) dan Sigit Kusumawijaya (Sigit Kusumawijaya architechts & urbandesigner) , Dengan antusias, ratusan peserta mengikuti mulai pukul 16.00-23.00 WITA.

Kedua narasumber juga tidak lepas memaparkan materi dengan karya design berupa bangunan yang ramah lingkungan dengan konsep Green arsitektur.

Sigit yang konsen dengan Urban design juga menilai bahwa arsitek harus merubah cara pandang karena kondisi lingkungan melekat dipundaknya tanggung jawab

“Arsitek memang sifatnya merubah, misalnya lahan kosong, yang masih alami tadinya buat resapan kemudian jadi bangunan, nah kita mesti mengembalikan sebagaimana fungsi awalnya, itu peran kita,” tuturnya

Dia juga berharap konsep green design bisa menjadi acuan buat semua arsitek khususnya mahasiswa ditengah semakin meningkatnya populasi penduduk dan padatnya permukiman yang kian menghilangkan fungsi alami tanah. (Fran)