KUTAI KARTANEGARA – Kain sulam khas Kalimantan memiliki corak yang beragam dengan warna-warna yang cerah. Itulah sulam tumpar, kerajinan tangan yang menjadi kebanggan masyarakat setempat.
Tetapi siapa sangka, ditengah hantaman pandemi Covid-19 membuat sejumlah pengrajin sulit berkembang. Dengan adanya pembatasan aktifitas sosial, daya beli masyarakat menurun. Demikian aksesoris khas daerah perlahan kehilangan peminat.
Lesunya ekonomi membuat para pengrajin sulam ini harus berpikir keras. Dengan keahlianya, minimal usaha merak bisa bertahan dan tidak gulung tikar.
Meriana misalnya, pengusaha aksesoris khas daerah Kutai Kartanegara. Ditengah pandemi, kebutuhan terhadap penggunaan masker meningkat. Menjadi peluang baginya berinovasi membuat masker kain dipadukan dengan sulam tumpar.
Berbagai macam motif dan warna ia buat. Memanfaatkan jaringan yang dimilikinya. Meriana berpikir agar para pengrajin disekitarnya tidak kehilangan pekerjaan. “Harus banting setir, membuat masker ini,”jelasnya dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Kenalkan Kekayaan Budaya
Ditengah pandemi, keberadaan masker tak hanya menjadi kebutuhan sebagai pelindung diri dari virus. Tetapi juga telah menjadi mode dalam dunia fashion.
Dengan kreasi sulam tumpar menjadi gaya tersendiri sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya khas Kalimantan melalui masker.
“Dengan seperti itu, kehadiran sulam tumpar di masker tersebut setidaknya menjadi gaya baru bagi pemakainya,” imbuhnya.
Untuk membuat satu buah masker sulam tumpar, ada sejumlah rangkaian yang harus dilalui, mulai dari penyiapan bahan berupa kain, membuat pola, mengatur komposisi warna benang dan selanjutnya proses penyulaman dengan mengikuti pola yang sudah digambar diatas kain.
Sulam tumpar yang dikerjakan secara manual inilah menjadi ciri khas produk masker kain yang dibuat oleh Mery. Masker unik dan menarik ini cukup diminati, terbukti masker buatan mery ini laku keras di pasaran.
“ Penjualan tidak hanya di seputaran Tenggarong, tapi juga sampai ke Samarinda, Kutai Barat, hingga Surabaya, Sulawesi dan Jakarta,” jelas Mery.
Masker beraneka warna dan motif ini tidak terlalu mahal dibanding dengan hasil dan keindahan yang didapatkan. Dirinya menjual dengan harga Rp. 50 ribu untuk 1 sisi sulaman dan Rp. 80 ribu untuk 2 sisi sulaman.
“ Pemesan bebas memilih 1 sisi atau 2 sisi sulam tumpar pada masker kain,” tambahnya.
Selain produk masker kain dengan hiasan sulam tumpar, Mery juga sedang membuat masker dengan hiasan batuan manik, masker tenun badong tencep dan berbagai kerajinan tas sulam tumpar khas Dayak Benuaq. (Fran)