SAMARINDA – Pandemi Covid-19 yang kini mewabah membuat sebagian besar mencari alternatif kesehatan untuk menjaga imunitas atau daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi minuman herbal atau jamu.
Jamu dianggap menjadi obat warisan leluhur dan dipercaya bisa mencegah berbagai macam penyakit, termasuk virus.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (03/03), peneliti dari Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom mengatakan, formula rempah-rempah dalam jamu tradisional mengandung curcumin yang berfungsi mencegah terjadinya badai sitokin di dalam paru-paru.
Sebagai informasi, badai sitokin adalah sebuah proses biologis di dalam paru-paru yang terjadi karena adanya infeksi virus corona.
Atas dasar manfaat tersebut, masyarakat beramai-ramai berburu jamu atau minuman tradisional. Apalagi harga jamu relatif terjangkau karena bahan bakunya ada semua di Indonesia
Meskipun ramai dicari, ternyata Pandemi Covid-19 ini tidak membuat penjual jamu kebanjiran orderan.
“Sepih juga mas, biasanya omset kita kadang nyampe 2 juta dalam sehari. Sejak Pandemi paling besar 1 juta aja. Turun hingga 50%,”kata Farhan yang kesehariannya menjual jamu di jalan Bayangkara, kota Samarinda, dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Pria berusia 20 tahun tersebut mengaku telah memiliki pelanggan tetap. Saat Pandemi ini pelanggan justru berkurang. Kendati ia bersyukur karena ada juga pelanggan baru.
Jamu Tolak Angin Banyak Peminat
Selama Pandemi kata pria yang akrab disapa Aan ini mengaku, jamu Tolak Angin banyak diminati.
“Itu karena memang sebagai penambah stamina untuk imun tubuh,”ungkapnya
Dirinya pun tak memilih alternatif lain untuk berjualan. Misalnya promosi secara lain. Aan mengaku setiap harinya hanya berjualan dilapak milik kakaknya.
Harga pun urainya, masih dijual dengan harga standar kendati omset yang kian menurun.
“Dengan harga yang sama, kita tidak mau juga naikan harga walupun sepih. Harga kisaran 18 sampai 20 ribu. Memang gak serame sebelum Corona tapi Alhamdulillah ada aja rezeki,”tutupnya. (Fran)