Terpilihnya Djarot Sebagai Plt PDIP Kaltim, Membuat Situasi Baru Di Pilgub 2018 

SAMARINDA – Politik Kaltim menuju pemilihan kepala daerah 2018 mendatang masih menyimpan banyak kejutan. Rotasi politik tidak hanya terjadi di bursa calon, namun hingga ke partai politik. Ibarat air, tenang di permukaan berarus deras di dasar.
Hadir nya pemain politik baru seperti Safaruddin berlatar belakang polisi aktif berjabat Kapolda Kaltim juga kejutan di arena Pilgub Kaltim, hingga menahan laju peta koalisi yang sempat sudah terbangun. Bahkan di gadang-gadang Irjen Pol Safaruddin ini akan menggantikan posisi Ketua DPD PDIP Dody Rondonuwu yang sedang tersandung kasus hukum. 

Nuansa jeratan hukum seolah menjadi peringatan bagi semua calon dan pemain politik di Kaltim. Pasca masuk nya KPK di Kutai Kartanegara, situasi pemberantasan korupsi kian meningkat, bahkan beberapa petinggi pemerintah Kota/Kabupaten di Kaltim serta beberapa figur calon Gubernur Kaltim pun sempat di mintai keterangan terkait penggunaan anggaran hibah. 

dprdsmd ads

Dalam politik, situasi ini bisa menguntungkan bisa juga tidak. Syaharie Jaang selaku salah satu kandidat bisa dikatakan menjadi sosok yang di untungkan, paska tersangkut nya ketua DPD Golkar Kaltim, sebagai putra daerah Jaang menjadi alternatif pilihan. Hal ini dapat di katakan bahwa kekuatan politik lokal di daerah masih bersandarkan pada karakter kedaerahan. 

Menurut Sony Sudiar pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UNMUL. “Menarik pola politik yang di gunakan partai pemenang pemilu ini, Mereka pakai pendekatan machiavellistik, pendekat figur sosok yang ditakuti dengan begitu mudah mengelola dan mudah mengatur permainan. Kalau ibarat teori permainan yang menjatuhkan lawan sejak awal. Memang dengan kondisi mereka menang pemilu dan partai berkuasa punya indikasi itu. Dan kemudian menggunakan institusi kepolisian untuk “menakut-nakuti”. Ujar Nya. 

Dosen muda yang mengajar di Program Studi HI Fisip UNMUL ini memaparkan, Hadirnya Djarot Saiful Hidayat ini untuk mengisi kekosongan. Di sukai atau tidak PDIP punya masalah Figur atau krisis kader, akhirnya dalam pertarungan prinsipnya harus di menangkan maka menghadirkan sosok yang di anggap memenangkan pertarungan itu, mungkin plt nya pak Djarot tameng depannya kapolda. Di lain sisi menurutnya kedekatan kapolda dengan kapolri serta ketua BIN (Badan Intelejen Negara) ini konstalasi yang bisa di pahami publik. Apalagi kedekatan orang-orang ini dengan Ibu Mega. Atau bisa jadi pak Safaruddin tidak maju kontestasi. 

Munculnya opini yang tersebar lewat media sosial terkait statment kapolda yang terekam video amatir berdurasi beberapa menit, yang mengatakan Syahrie Jaang akan menjadi wakil nya di kontestasi pilgub di nilai jalan buntu oleh Sony. Menurut ayah satu anak ini, saat di temuin beritainspirasi.info (30/11/17), isu yang pernah muncul dengan Syahrie Jaang itu blufing kapolda, karna tidak mungkin merah dan biru bersatu. Sejarahnya udah berat ada Ibu Mega dan Pak Sby, koalisi PDIP demokrat itu gak mungkin terjadi, ini sesuatu yang konfrontatif, jadi maksud saya Safaruddin dengan Jaang itu hampir tidak bisa terjadi”. 

Situasi Golkar Kaltim yang sudah menempuh jalan panjang dalam penetapan calon gubernur jelas sangat menguras energi bahkan logistik. Hal ini membuka peluang untuk partai berlambang Beringin, pada posisi politik rasional membuat pilihan untuk tidak menjadi Kaltim satu.

 Sony menjelaskan “Tapi jangan salah pada posisi Kaltim 2 Golkar bisa pegang kendali, distribusi kekuasaan bisa di atur dalam kontrak politik di posisi golkar yang punya banyak kursi. Dan itu bisa kuat dilakukan ketika kekosongan figur internal dan dia akan mengambil figur yang kuat di luar partai dengan modal kursi yang lebih kecil”. Pungkas nya. (Red)