SAMARINDA – Standar keamanan Mitra Pub dan Cafe (MPC) menuai tanggapan dari berbagai pihak. hal ini buntut Keributan yang berujung pembunuhan di dalam Tempat Hiburan Malam (THM) dengan tersangka Ciko Stevanus (25) yang berprofesi sebagai Master Ceremony (MC) di Mitra pub dan Cafe, Selasa (31/7) Malam lalu.
Roy Hendrayanto misalnya, Pengamat Hukum ini menyebutkan jika kejadian berdarah itu murni kelemahan Standar Operation Prosedur (SOP) yang dimiliki oleh Mitra Pub dan Cafe yang terletak di Jl Mulawarman, Samarinda.
“Dari dulu SOP Mitra Pub dan Kafe ini lemah, lihat saja di pintu masuk THM ini tidak dilengkapi metal detector seperti THM yang lain,” jelasnya, Senin (6/8) Malam.
Ellya Manuran yang diketahui berprofesi sebagai Guru Honorer meregang nyawa setelah
senjata tajam (sajam) milik pelaku (Ciko Stevanus) menancap tepat dibagian dada.
Keributan bermula saat keduanya (pelaku dan korban) sama-sama dalam keadaan mabuk minuman keras (Miras) yang masing-masing mereka pesan, kemudian terlibat cekcok ketika terjadi senggolan.
Lebih lanjut Roy menjelaskan dengan SOP yang lemah seperti itu membuat mudah para pengunjung dapat dengan mudah membawa senjata tajam dan barang lainnya masuk ke dalam THM.
“ini kan berbeda dengan THM yang lain, yang lengkap dan memenuhi SOP yang telah ditetapkan,” sebutnya
Selain itu Dosen Fakultas Hukum Universitas Tujuh belas Agustus (Untag) ini menantang Dewan Samarinda khususnya Komisi I serta Walikota untuk segera mencabut izin THM ini, menurutnya kejadian serupa sering terjadi di Mitra Pub dan Cafe.
“Harusnya THM ini ditutup lantaran tidak memenuhi SOP, jelas melanggar Perda yang ditetapkan oleh pemerintah, saya menantang DPRD Samarinda dan Walikota untuk segera menutup tempat ini, mengingat kejadian ini bukan yang pertama kalinya,” Terang Roy.
Atas kejadian itu Puluhan orang yang tergabung dalam salah satu Organisasi Masyarakat(ORMAS) beserta keluarga korban sempat mengelar aksi damai didepan tempat hiburan malam (THM) Mitra Pub dan Kafe, Sabtu (4/8) lalu, Selain membentangkan spanduk, masa aksi dan juga pihak keluarga menyempatkan gelar tabur bunga yang dianggap sebagai tempat kejadian. (Fran)