BERI.ID – Tekanan dari lapangan mendorong Dinas Pendidikan Kota Samarinda bergerak cepat mencari tambahan anggaran ke pemerintah pusat, petugas teknis pendidikan di kecamatan hingga UPT mengaku kewalahan menghadapi kondisi sekolah-sekolah yang terus menua, sementara pagu APBD justru tergerus pemangkasan.
Pemkot Samarinda akhirnya kembali mengajukan permintaan pendanaan revitalisasi sebesar Rp129 miliar ke pemerintah pusat.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda, Asli Nuryadin, menekankan langkah ini bukan sekadar formalitas, melainkan respons atas laporan petugas yang tiap pekan mengirimkan temuan lapangan terkait bangunan sekolah yang tak lagi memenuhi standar keamanan.
“Kami sudah kehabisan daya upaya. Banyak bangunan yang harusnya direhab total, bukan tambal sulam lagi,” ujarnya, Jumat (14/11/2025).
Asli menegaskan bahwa pemangkasan anggaran membuat pemerintah daerah tak lagi memiliki ruang memadai untuk menangani kerusakan sekolah.
Dalam situasi itu, menurutnya, bantuan dari pemerintah pusat bukan lagi pilihan tambahan, melainkan kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi agar perbaikan fasilitas pendidikan bisa berjalan.
Revitalisasi yang diusulkan setidaknya mencakup enam hingga sembilan sekolah, salah satunya SDN 020 Samarinda Utara, di Jalan Wahid Hasyim, yang sempat viral lantaran masih berdinding kayu dan minim fasilitas penunjang belajar.
Para petugas teknis di lapangan dilaporkan sudah berkali-kali menyampaikan bahwa kondisi sekolah tersebut berisiko mengganggu keselamatan siswa.
“Ada banyak yang kondisinya sama, tapi tidak terekspos. Kami butuh kepastian pendanaan supaya bisa bergerak cepat sebelum ada insiden,” tutur Asli.
Asli menegaskan bahwa bila pemerintah pusat menyetujui proposal Rp129 miliar tersebut, pengerjaan revitalisasi akan diprioritaskan pada sekolah yang dinilai paling krisis.
Pemkot disebut siap mengeksekusi percepatan pembangunan tanpa menunggu pemulihan APBD yang masih belum jelas.
“Kalau daerah tak sanggup menutup seluruh kebutuhan, kami dorong pusat. Kalau masih kurang juga, kami jemput dari provinsi. Yang penting kegiatan belajar anak-anak tidak lagi dibayangi risiko bangunan rapuh,” pungkasnya. (lis)







