Tiga Warga di Samarinda Lebih Pilih Bright Gas Ketimbang LPG Melon 3 Kg, Faktor Gampang Menguap Jadi Keluhan 

Potret Bright Gas. Sejumlah warga di Samarinda lebih memilih gunakan Bright Gas ketimbang LPG Melon 3 Kg  (Foto: Lisa/ Beri.id)

BERI.ID – Kelangkaan dan keterbatasan isi pada tabung gas LPG jenis melon 3 kilogram mendorong sebagian warga Samarinda beralih ke Bright Gas 12 kilogram.

Meski bersubsidi dan ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, gas melon kini dinilai kurang efisien untuk kebutuhan rumah tangga di perkotaan.

Sora, warga Kecamatan Sambutan, mengaku lebih memilih menggunakan Bright Gas karena daya tahan dan kepraktisannya. Ia menyebut antrean panjang dan isi gas yang cepat habis membuat gas melon tidak lagi menjadi pilihan ideal.

“Kalau kerja, mana sempat antre beli gas melon. Isinya juga sedikit, cepat habis. Bright Gas 12 kilogram bisa tahan lebih dari sebulan, lebih praktis dan hemat buat saya yang jarang masak,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).

Sementara itu, Rina, ibu rumah tangga dari Sungai Pinang, secara tegas menyatakan tidak pernah menggunakan gas melon karena merasa bukan sasaran penerima subsidi.

Ia juga mengingatkan kepada masyarakat menengah ke atas untuk tidak menggunakan gas 3 kg tersebut.

“Gas melon itu untuk masyarakat kurang mampu. Banyak orang lebih membutuhkan. Saya selalu pakai Bright 12 kilogram. Cukup sering masak, tapi satu tabung bisa tahan satu bulan lebih, lebih efisien,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, warga Kelurahan Temindung, Kecamatan Sungai Pinang Titi menyebut, bahwa ketersediaan gas melon tidak selalu stabil dan kerap kosong di pasaran.

“Gas melon susah dicari. Tapi memang masih sangat membantu, karena harganya murah dan bisa didapat sekitar Rp28.000–Rp40.000,” jelasnya.

Namun, Titi juga mengeluhkan persoalan gas menguap. Ia pernah mendapati tabung cadangan yang disimpan ternyata sudah tidak berisi ketika hendak digunakan.

“Waktu itu saya nyetok dua tabung. Begitu mau pakai, salah satunya kosong. Katanya memang gak bisa disimpan lama karena gampang nguap. Jadi biasanya kami akali dengan ikat plastik di kepala tabung biar udaranya gak keluar,” tambahnya.

Menanggapi hal itu, Plt Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindag) Samarinda, Ekha Agustina, menyebut fenomena gas menguap memang mungkin terjadi, terutama jika tabung disimpan terlalu lama dan tidak segera digunakan.

“Pengisian tetap sesuai standar, 3 kilogram. Tapi kalau disimpan lebih dari 24 jam apalagi tidak langsung dijual oleh pengecer, gas bisa berkurang karena penguapan. Ini juga yang sering jadi keluhan masyarakat,” terang Ekha.

Ia menambahkan, dari hasil uji coba Disperindag, Bright Gas dinilai lebih efisien dalam jangka waktu penggunaan. Meski harga lebih tinggi, isi yang lebih besar membuatnya lebih tahan lama dan cocok untuk rumah tangga dengan frekuensi memasak menengah ke atas. (lis)