Tinggi Angka Golput Di Kaltim, Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pelaksana Pemilu

SAMARINDA – Partisipasi pemilih 58,16 % pada Pilkada Kaltim lalu memang tidak sesuai target yang di inginkan KPU Kaltim 70 %. Rendahnya partisipasi pemilihan kepala daerah lalu sudah Melalui upaya optimal KPU dalam melakukan berbagai Sosialaisasi. Meskipun dalam peringkat partisipasi nasional, Kaltim harus puas berada posisi kedua terendah setelah Riau.

Situasi libur pada hari raya Idul Fitri lalu, dianggap Menjadi situasi pendukung lemahnya partisipasi pemilih. Ketua KPU Kaltim menjelaskan penduduk di Kaltim banyak yang melakukan perjalanan mudik saat masa pemilihan lalu.

dprdsmd ads

“Dalam Pilkada kemarin kita dihadapkan pada situasi Libur panjang, hari raya Idul Fitri. Dan itu dimungkinkan menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pemilih, karena pemilih yang mudik dan saat itu belum balik ke Kaltim,” papar Ketua KPU Kalimantan Timur, Mohammad Taufik, dalam Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda, Senin (22/10)

Beragam kemungkinan persoalan rendahnya partisipasi bermunculan dalam FGD membahas partisipasi masyarakat pada Pilgub Kaltim ini,

Ida Farida salah satu komisioner KPU Kaltim menjelaskan faktor lain tingginya angka Golongan Putih (Golput) bisa jadi peserta Pilkada dan partai pengusung kurang intens mesosialisasikan calon yang diusungnya.

“Selain itu Faktor lain juga bisa jadi karena tingginya pemilih yang berpindah tempat tinggal, apa lagi Masyarakat kita juga masih belum terbiasa melaporkan pindah tempat tinggal. Demikian juga laporan kematian,” ungkapnya.

KPU Kaltim merasa sudah cukup maksimal melakukan sosialisasi, mulai dari sosialisasi tatap muka, penyebaran alat peraga kampanye hingga dilakukan di semua jenis media massa, cetak, online dan elektronik.

Tetap saja itu menjadi persoalan dan ganjalan karena meningkatnya presentasi angka Golput, dengan acuan presentasi pada Pilgub sebelumnya.

Sementara itu kemungkinan lain menurunya angka partisipasi datang dari peserta FGD, Amier Hamzah yang juga sebagai ketua IJTI Kaltim menilai sumbangan terbesar angka golput bukan pada faktor lain. Menurutnya data pemilih yang harus diperbaiki.

“saya rasa tidak benar penilaian kita mengenai partisipasi itu. Bukan soal yg lain, tapi jumlah pemilih yang ngawur,” paparnya

Intoniswan adalah pimpinan redaksi salah satu media online di Kaltim juga hadir sebagai narasumber. Dirinya menilai partisipasi era sekarang tidak mesti bersandar pada angka dan jumlah pemilih yang hadir ke TPS, tapi dari segi kualitatif juga harus dilihat.

“Misalnya saja menghilangkan tingkat kerawanan, minimnya money politik, tidak adaanya sengketa Pemilukada. Hal semacam itu mestinya perlu jadi pertimbangan juga,” tegas Intoniswan. (Fran)