Beri.Id, SAMARINDA- Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN) melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1984.
Anak sebagai generasi penerus cita cita perjuangan bangsa adalah semangat dalam Keppres itu, Olehnya itu bekal anak perlu dijamin dengan baik termasuk lingkungan yang ramah dan sehat.
Sebagai kepedulian bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak, Tahun 2019 ini, tema besar perayaan HAN adalah ‘Peran Keluarga Dalam Perlindungan Anak’. Keluarga diharap menjadi lembaga pertama dalam memberikan perlindungan kepada anak.
Namun, upaya untuk menjamin kesejahteraan dan perlindungan anak menemukan rintangan besar, 34 tahun setelah Keppres ditetapkan, alih alih mendapatkan perlindungan, lingkungan sehat dan ramah anak menjadi menghawatirkan karena ancaman bekas galian tambang yang ada sekitar permukiman warga.
Tengok saja di Kaltim, tepat di RT 24, kelurahan Sanga Sanga dalam, Kecamatan Sanga Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, beberapa lubang bekas galian tambang mengelilingi permukiman tidak jauh dari 500 meter.
Merayakan hari anak pun dengan metode edukasi lingkungan, agar anak mengenal bahaya kolam bekas galian tambang.
Pendidikan Cinta Lingkungan.
Wilayah RT 24 kelurahan Sanga Sanga berkisar 40,2 HA. Dari luasan itu tersisa 30% diperuntukkan area pertanian dan permukiman, “selebihnya itu lokasi pertambangan semua,” kata Zainuri ketua RT 24.
Dari lahan yang tersisa itulah menjadi edukasi dan pendidikan kepada anak untuk mencintai lingkungannya. Tepat tangal 24 Juli 2019 puluhan anak memadati pendopo yang disediakan untuk momentum hari anak.
Bertemakan “Aku Anak Merdeka” Beragam agenda diikuti puluhan anak anak ini, juga didampingi orang tua. Mulai agenda kesenian hingga game tradisional.
Tidak hanya itu, dari jarak tidak lebih dari 500 meter, seluruh penyelengara juga mengenalkan anak akan bahaya lobang bekas galian tambang, dan ancaman masa depan mereka bila lingkungan dirusak.
“Lihatlah anak anaku, ini adalah bekas galian tambang, ada bahaya bila kalian bermain sekitar ini, sudah banyak teman kita yang Meninggal pada lubang seperti ini,” Kata Zainuri kepada anak anak yang dibawa ke lokasi sekitar kolam galian tambang.
Jadi mulai sekarang mari kita sedari Dini mencintai dan merawat lingkungan kita, untuk siapa.? Untuk masa depan kalian semua,” katanya lagi.
Kertas Impian dan Surat Cinta Untuk Gubernur Hingga Presiden.
Pohon pohon terlihat indah kala memasuki permukiman penduduk di RT 24. Cat warna warni menghiasi sepanjang jalan. Kala sebuah pohon juga diselimuti dengan puluhan botol Aqua berisikan kertas impian anak.
Sebagian pesanya berisikan tentang komitmen mereka untuk menjaga pohon demi keberlangsung alam, rencananya akan dibuka lima tahun kedepan saat pemilihan presiden.
Ada pula dua surat cinta yang ditujukan kepada Gubernur Kaltim ‘Isran Noor’ dan Presiden Indonesia ‘Joko Widodo’.
Dian (10) dalam suratnya meminta kepada Isran Noor agar membantu mereka dalam menolak tambang.
“Pak Isran bantu kami tolak tambang, jangan biarkan alat berat masuk diwilayah kami, karena kalau alat berat masuk akan merusak jalanan, bisa menyebabkan amblas,” katanya dalam mengutik surat yang dibuatnya.
Semuanya harus ditambang, pohon pohon mulai hilang, satwa liar mulai mati, bagaimana kami bisa hidup, lahan pertanian juga menipis,” katanya lagi.
Permintaan yang sama juga dalam surat yang ditulis Nada untuk Joko Widodo. Keinginan hidup damai Dilingkungan yang yang nyaman tanpa tambang juga disampaikannya.
“Pak presiden, kami juga pengen hidup nyaman tapi tidak ada yang peduli. Mohon jangan ada yang tutup mata dan telinga dengan masa depan kami,” bebernya
Sanga Sanga Sudah berbenah, bangkit setelah Lingkungan Dirusak.
Sejak 2004 perusahaan batu bara CV. Sanga Sanga Perkasa (SSP) telah beroperasi di area seluas 42,5 HA ini, ijinya sudah berakhir pada tahun 2014 lalu.
Belum selesai melakukan reklamasi, lahan itu ditingal begitu saja. Tiba tiba mereka Datang kembali mengajukan perpanjangan ijin pada tahun 2018 disaat warga sudah melakukan penataan lingkungan.
Pertanian dan peternakan warga di Sanga Sanga ini sudah mulai berkembang, kelompok tani binaan Pertamina sudah memiliki 25 anggota, lahan lahan bekas galian tambang mulai hidup dengan berbagai macam tanaman sayur mayur , ternak sapi dan kambing pun sudah siap dijual.
Umumnya Masyarakat menolak perpanjangan ijin itu, tetapi pemerintah hanya melakukan penyetopan sementara.
Pada (25/07/18) lalu bersama dinas ESDM, operasi batubara dipaksa berhenti sementara, karena tidak memenuhi syarat dokumen perizinan.
Namun Diam diam DLH Kukar mengeluarkan ijin lingkungan, namun begitu, masyarakat berharap pemerintah tidak lagi memberikan perpanjangan ijin.
“Sudah cukup 50an meter kedalaman lubang tambang yang tersisa disekitaran ini, jangan lagi diperparah dengan perpanjang ijin,” harapnya.