Masih Kosong, Sekolah Rakyat Sementara di SMA 16 Nantinya Tampung 75 Siswa dengan 60 Kamar

Potret asrama sekolah rakyat. (Foto: Lisa/ beri.id)

BERI.ID – Kepala SMA Negeri 16 Samarinda, Abdul Rozak Fahrudin, menegaskan komitmennya mendukung program pendidikan inklusif bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, dengan menyerahkan fasilitas asrama dan sejumlah ruang penunjang milik sekolah untuk dipakai oleh Sekolah Rakyat, program dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI, yang akan segera beroperasi di lingkungan sekolahnya.

Asrama dua lantai yang sebelumnya diperuntukkan bagi siswa tidak mampu ini kini akan dialihfungsikan sepenuhnya menjadi tempat tinggal berkapasitas 60 kamar dan kegiatan belajar mengajar.

Fasilitas lain seperti laboratorium IPA, komputer, dan UKS milik SMAN 16 juga bisa dipergunakan oleh siswa sekolah rakyat, dengan catatan dipakai secara terjadwal.

“Nanti bisa pakai milik SMA 16. Kita atur jadwal biar enggak ada yang bertabrakan,” tegas Rozak saat diwawancarai pewarta ini melalui sambungan seluler, usai meninjau fasilitas, Senin (21/7/2025).

Gedung tersebut memiliki daya listrik 33.000 watt, kamar mandi terpisah di setiap lantai, serta akses masuk khusus dari bagian belakang sekolah agar tidak mengganggu aktivitas utama SMA 16.

Rozak menyebut, awalnya asrama ini memang dibangun untuk mendukung pendidikan anak-anak dari daerah atau keluarga prasejahtera, sehingga sangat tepat bila sekarang digunakan kembali untuk tujuan serupa dalam skema nasional.

“Tujuan pembangunan asrama ini sejak awal adalah kemanusiaan. Sekarang dengan hadirnya Sekolah Rakyat yang diinisiasi Kemensos, kami merasa visi itu berlanjut. Kami siap mendukung tanpa syarat,” tambahnya.

Rencananya, Sekolah Rakyat akan membuka tiga kelas awal, dua jenjang SD dan satu jenjang SMA.

Diperkirakan akan ada sekitar 75 siswa, yang tinggal dan belajar di lokasi tersebut.

Setiap kamar dapat menampung dua hingga empat siswa, sehingga kapasitas asrama masih mencukupi.

Selain asrama, lantai tiga gedung juga akan dimanfaatkan sebagai ruang tambahan untuk kegiatan keagamaan, literasi, dan keterampilan.

SMA 16 juga menyediakan akses penggunaan lapangan olahraga dan area upacara bagi siswa Sekolah Rakyat di sisi belakang kompleks sekolah.

Meski berada di dalam lingkungan SMA Negeri 16, Rozak memastikan bahwa pengelolaan Sekolah Rakyat sepenuhnya berada di tangan Kementerian Sosial.

“Kami hanya sebagai tuan rumah. Semua operasional, guru, logistik, dan kegiatan belajar ditangani langsung oleh tim dari Kemensos. Kami tidak ikut campur kecuali diminta bantuan fasilitas pendukung,” jelasnya.

Sebagai bentuk pengaturan ruang gerak, pihak sekolah juga menyiapkan jalur dan pintu masuk khusus untuk siswa Sekolah Rakyat agar tidak mengganggu mobilitas dan jadwal SMA 16.

“Untuk menjaga ketertiban sekaligus memastikan kenyamanan dua program pendidikan yang berlangsung berdampingan,” terangnya.

Rozak mengapresiasi langkah Kemensos dalam membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari latar belakang sosial yang selama ini tertinggal.

Ia berharap Sekolah Rakyat tidak berhenti hanya sebagai program jangka pendek, melainkan berkembang menjadi pusat pembelajaran alternatif, yang permanen dan terintegrasi dengan sistem pendidikan nasional.

“Kami berharap ini jadi model pendidikan yang bisa direplikasi di tempat lain. Kalau nanti mereka punya gedung sendiri, asrama ini bisa kembali digunakan oleh siswa kami. Tapi selama program ini jalan di sini, kami komitmen bantu penuh,” tutupnya. (lis)