Sungai Perak Kubar Tercemar, Dua Desa Terancam, Puluhan Ribu Ikan Mati

Beri.id, KUBAR  Bagi sebagian orang mungkin berkah ketika musim hujan tiba. Mungkin tidak sebagian lainnya.

Seperti halnya disebuah aliran sungai wilayah Kutai Barat (Kubar) tepatnya di Sungai Perak, Kecamatan Damai, warga harus ekstra berhati-hati kalau mau memanfaatkannya.

dprdsmd ads

Dimusim hujan yang terjadi di daerah tersebut tidak begitu bermanfaat bagi masyarakat.

Pasalnya disekitar pemukiman masyarakat terdapat beberapa perusahaan yang beroperasi. Ketika hujan tiba, diduga kuat limbahnya dari dua perusahaan besar yang berada di kawasan tersebut mengalirkan pembuangannya ke anak Sungai Kedang Pahu dan bermuara ke Sungai Mahakam.

Diketahui dua perusahaan itu adalah perusahaan sawit dan tambang.

Dari informasi terkait, puluhan ribu ikan tewas, ribuan ekor udang bernasib sama terkena dampak banjir yang tercampur limbah dari perusahaan.

Namun sejauh ini belum diketahui secara pasti limbah yang mengalir itu milik perushaan mana, karena pemerintah dianggap lambat dalam bergerak.

Dones Husein Ketua Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Permai, Kecamatan Damai, Kabupaten Kubar saat dikonfirmasi menuturkan, kejadian seperti itu sudah berlangsung sejak tahun 2015 silam.

“Sedangkan di tahun ini, kejadiannya pada Kamis 21 November lalu, sekitar pukul 07.00 Wita. Terjadinya kalau sudah masuk musim hujan. Sedangkan kalau kemarau baik-baik saja,” tuturnya saat dikonfirmasi via telepon celuler.

Selain itu hasil temuan bersama warga yang lain, Dones memperkirakan sekitar 10.000 ekor ikan berbagi jenis tewas di sepanjang aliran sungai.

Tidak hanya ikan, ribuan ekor udang sungai pun turut menjadi korban. Bahkan ia mengatakan sempat menemukan seekor hewan amfibi berukuran cukup besar yang biasa dikenal Bidawang alias Labi-Labi yang juga tewas akibat peristiwa ini.

Dalam hal tersebut Dones coba bergerak cepat dengan memberikan laporan kepada Koramil, Polsek dan Kecamatan setempat. Namun sayang, pihak berwajib tidak memberikam tanggapannya secara serius.

Lebih lanjut dalam penjelasan Dones mengatakan, di bagian hulu sungai 90 persen masyarakat sangat menggantungkan kebutuhan hidupnya pada aliran air ini.

“Karena sungai telah tercemar, masyarakat akhirnya harus merogoh kocek untuk membeli bahan baku air bersih layak konsumsi, senilai Rp.7.500 per jerigen isi 20 liter.” Jelas Dones.

“Untuk kebutuhan lainnya seperti mandi dan cucian kami masih menggunakan air sungai,” imbuhnya.” Tambahnya.

Diketahui ada 2 desa yang terdampak akibat peristiwa ini. Diantaranya Desa Permai dan Desa Besi yang merupakan tetangganya.

Namun sejauh ini berdasarkan penjelasan Dones belum adanya dampak kesehatan akibat pencemaran yang menimpa warga meskipun dikatakan Dones belum adanya penanganan serius dari Pihak Pemerintah setempat.

“Kemarin saya sudah membawa sampelnya ke kantor bupati. Kejadian ini hanya kepada tuhan yang belum saya laporkan,” keluhnya.

Melalui Dones menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah maupun pihak berwajib agar jangan diam dan seolah-olah menutup mata.

Karena penduduk kampung dari dua desa yang terdampak sekitar 40 persennya menggantungkan mata pencahariannya sebagai nelayan.

“Jangan mentang-mentang ini perusahaan besar,” tegasnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kubar, Ali Sadikin saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah turun kelapangan dan sedang mengumpulkan sejumlah sampel untuk dilakukan uji laboratorium.

“Selain ambil sampling airnya, juga membawa ikannya untuk di uji. Jadi airnya kita ambil dibeberapa titik. Minimal lima lah di lokasi berbeda,” ucapnya.

Ali belum bisa memastikan apakah peristiwa matinya puluhan ribu  penghuni Sungai Perak karena pencemaran limbah pabrik. Menurutnya bisa saja hal itu dikarenakan faktor alam lainnya seperti erosi tinggi misalnya.

Dijelaskannya Jika hasil uji lab telah keluar, maka akan memjdahkan pihaknya untuk mengetahui penyebab matinya puluhan ribu binatang di sungai tersebut. Kalau misalnya dikarenakan kegiatan tambang, kata Ali, itu ada parameter. Begitu pun jika dari kegiatan perkebunan sawit.

“Untuk sekarang saya minta maaf kita harus bersabar dulu. Karena tim masih dilapangan untuk sampling dan setelahnya kita tunggu hasil uji lab,” pungkasnya.” Tutupnya.

(Arm/*).