Empat dari 10 Insinerator di Samarinda Belum Terpasang, Target Operasi Dikejar Akhir 2025

Ket foto: Insinerator di Kawasan Polder Air Hitam. (Foto: Lisa/beri.id)

BERI.ID – Proyek pembangunan fasilitas insinerator di berbagai titik Kota Samarinda, hingga pertengahan Desember 2025 ini telah mendekati garis akhir.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda mencatat progres pembangunan insinerator, dari total 10 unit yang direncanakan, sebagian besar telah berdiri dan terpasang, sementara beberapa lainnya masih berada dalam tahap penyempurnaan konstruksi dan teknis.

Pelaksana Tugas Kepala DLH Samarinda, Suwarso, menyebutkan bahwa saat ini pekerjaan difokuskan pada percepatan penyelesaian unit-unit yang belum sepenuhnya terpasang, sekaligus menyiapkan skema uji coba operasional.

“Pekerjaan fisiknya memang hampir selesai, tapi tantangan sesungguhnya justru memastikan seluruh unit aman dan siap digunakan. Itu yang sekarang kami kejar,” ujar Suwarso, di Polder Air Hitam, Kamis (18/12/2025).

Lanjutnya, empat unit insinerator masih belum terpasang secara penuh.

Unit-unit tersebut direncanakan tersebar di dua titik Kecamatan Palaran, yakni Kelurahan Handil Bakti dan Simpang Pasir, satu unit di wilayah Samarinda Seberang, serta satu unit lainnya di Kecamatan Loa Janan Ilir.

Di luar titik-titik tersebut, progres pembangunan menunjukkan perkembangan signifikan.

Di kawasan Polder Air Hitam, satu unit insinerator telah terpasang dan berada di tahap akhir penyelesaian.

Lokasi ini diproyeksikan menjadi titik awal uji coba operasional.

Di Jalan Nusyirwan Ismail, Loa Bakung, dua unit insinerator dibangun dalam satu kawasan dengan capaian pembangunan yang relatif tinggi, mendekati 85 persen.

Progres serupa juga terlihat di sejumlah lokasi lain.

Unit insinerator di Jalan Wangi telah melampaui setengah pengerjaan dengan capaian sekitar 70 persen, sedangkan pembangunan di Lempake dan Bukit Pinang terus berjalan dengan ritme yang hampir seimbang.

Suwarso menegaskan bahwa pengerjaan dilakukan secara bersamaan di seluruh titik untuk menghindari ketimpangan waktu penyelesaian antar lokasi.

“Kami tidak ingin ada satu titik yang tertinggal jauh. Tim teknis bekerja paralel supaya seluruh unit bisa masuk tahap pengujian dalam waktu yang relatif bersamaan,” katanya.

Satu-satunya penyesuaian signifikan terjadi di Loa Janan Ilir.

Dijelaskan Suwarso, lokasi awal pemasangan dinilai kurang ideal dari sisi keselamatan dan kelancaran operasional.

Kontur lahan yang terlalu tinggi berpotensi menyulitkan kendaraan pengangkut sampah terpilah, sehingga diputuskan untuk memindahkan titik pemasangan.

“Daripada memaksakan lokasi yang berisiko, kami memilih melakukan penataan ulang. Lahan dimatangkan kembali agar alur keluar-masuk armada nantinya tidak menimbulkan masalah,” jelasnya.

DLH menargetkan seluruh insinerator mulai dapat dioperasikan secara bertahap pada akhir Desember 2025.

Namun, Suwarso menekankan bahwa target tersebut tetap bergantung pada kelancaran proses uji coba.

Setiap unit akan menjalani serangkaian pengujian, mulai dari simulasi pengoperasian mesin hingga pengujian sistem pembakaran dan penguapan.

“Kami ingin memastikan ketika insinerator dinyalakan, tidak ada persoalan teknis yang bisa berdampak ke lingkungan maupun keselamatan. Karena itu, uji coba menjadi tahapan yang tidak bisa ditawar,” tegasnya.

Untuk tahap awal, DLH akan memfokuskan uji operasional di insinerator yang berada di Polder Air Hitam sebelum menerapkan skema serupa di lokasi lainnya.

Evaluasi dari uji coba tersebut akan menjadi dasar perbaikan dan penyempurnaan sebelum seluruh unit dioperasikan penuh. (lis)