SAMARINDA– Selama dua tahun berturut-turut, PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda melakukan dua kali penyesuaian tarif. Tahun 2016 mengalami penyesuaian tarif 30 % dari nilai sebelumnya dan tahun 2017 naik lagi 10 %. Berdasarkan Perda No 05 tahun 2014 perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 02 tahun 2010 tentang PDAM, menyebutkan tiap tahun PDAM harus melakukan penyesuaian sebesar 10 %.
Seyogyanya hal itu sudah harus terjadi, sebut salah satu anggota dewan pengawas PDAM Samarinda “Kurang lebih 7-8 tahun ini PDAM kan tidak ada penyesuaian, dalam hitungan matematika harusnya kan naik 80 %, jika kita mengikuti peraturan kenaikan 10 % tiap tahunnya. Tetapi PDAM tidak pada posisi itu”. Ucap Ade Sukma Yudhi
Proses panjang penyesuaian tarif juga tak luput melalui kajian akademis, dengan melibatkan Universitas Mulawarmam. Dan di putuskan 2016 itu tahap pertama 30% dan 2017 tahap kedua yaitu 10 %. “Dalam kajian akademis menyebutkan kemampuan rata-rata masyarakat kota Samarinda itu 40 %”. Tambah Ade anggota dewan pengawas PDAM.
Kenaikan tarif itu menuai ragam keluhan masyarakat, mulai dari tidak sesuai nya kenaikan dengan pelayanan PDAM kepada konsumen, air yang sering mati tak teraliri ke konsumen, hingga kualitas air yang tidak jernih, bahkan sering juga berwarna coklat dan berbau.
Dengan santai Ade Sukma yang juga ketua KONI Samarinda ini menanggapi keluhan masyarakat itu. “Idealnya adalah dengan penyesuaian itu harus ada kompensasi balik, peningkatan pelayanan, mulai dari kualitas air, kemudahan cara bayar, contak center untuk pengaduan masyarakat, bagaimana jika ada ganguan komplen dan sebagainya” sebutnya.
Dewan pengawas hanya berfungsi mengontrol. Eksekusi ada pada kinerja manajemen. “Yang jelas ditunggu pertama kali masyarakat ini adalah tiga K (kualitas, kuantitas, dan kontiunitas) serta keterjangkauanj air terhadap warga. Namun kami mendorong dibukanya keran 24 jam, Saya sebagai dewan pengawas berharap PDAM bisa bekerja keras”. Tandas Ade
Selain pelayanan dan kualitas, Tahun depan anggota dewan pengawas PDAM juga berharap, pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai memikirkan untuk memberi sumbangsih terhadap PAD Kota Samarinda.
Soal kinerja PDAM Harus kita akui, Samarinda masuk 10 besar PDAM nasional dan sekarang salah satu yang ditunjuk sebagai pilot projek akses universal, Presiden Jokowi Dodo menargetkan 2019 tidak ada masyarakat Indonesia, yang tidak bisa mengkosumsi air bersih.
“nah makanya program 100.0.100 itu harus bisa dibuktikan, dan Samarinda melaui PDAM Tirta Kencana saat ini adalah pilot projek akses universal 2019”. paparnya
“Jika kita mendorong PDAM untuk terus melakukan perbaikan, kita setuju. Tetapi juga harus kita apresiasi dong dengan apa yang sudah di capai oleh Pemkot. Karena dukungan Pemerintah Kota terhadap Perusda sekelas perusahaan air minum ini, tanpa ada dukungan dari Pemkot dan DPRD tidak dapat berjalan, maka PDAM sebagai bukti nyata bahwa kinerja dengan kerjasama itu sangat luar biasa. Tutup Ade. (Fran)