Kontestasi Pilgub Kaltim (Bagian 4. Ibarat Bunga Yang Bersemi)

Oleh : Muhammad Husni Fahruddin Al Ayub (Youth Institute)


Tulisan tentang kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim bagian ke empat ini mencoba memberikan deskripsi tentang Pilgub Kaltim tahun 2018 dari sudut pandang gerakan dan strategi pasangan calon (paslon) kepala daerah dalam merengkuh suara. Namun, untuk memahami tulisan saya kali ini, pembaca harus memahami alur berpikir saya dengan cara membaca tulisantulisan sebelumnya yang secara utuh di mulai dari awal pembicaraan tentang kontestasi pilgub Kaltim bagian 1 tentang fenomena pilkada di seluruh Indonesia yang saya tulis pada tanggal 07 Desember 2018, (Husni Ayub Fahruddin Blog) kemudian tulisan kedua diterbitkan pada tanggal 18 Desember 2017, tulisan ini menggambarkan kontestasi pilgub Kaltim pasca di tahannya Rita Widyasari calon kuat Gubernur Kaltim berdasarkan hasil seluruh lembaga survei yang melakukan penelitian terhadap pilgub Kaltim saat itu (Berita Inspirasi), tulisan ketiga yang dirilis pada Tanggal 25 Desember 2018 yang banyak menggambarkan perhitungan otak-atik dominasi kemenangan pemilihan legislative (pileg) tahun 2014 dan faktor kekuasaan kepala daerah di setiap kabupaten dan kota se Kalimantan Timur (Husni Ayub Fahruddin Blog). Namun beberapa tahun sebelumnya, saya juga menuliskan kemenangan Awang Faroek Ishak sebagai Gubernur Kaltim untuk periodesasi yang kedua, tulisan yang berjudul tentang menangnya incumbent pada Pilgub Kaltim 2013 ini saya release pada tanggal 29 Agustus 2013, tepat 12 hari sebelum pencoblosan, karena saat itu pencoblosan dilaksanakan pada Tanggal 10 September 2013 (Kompasnia Husni Fahruddin). Penting sekali untuk pembaca fahami, bahwa setiap tulisan selalu menyertakan tanggal penerbitannya, agar analisis terhadap tulisan memperhatikan kondisi waktu saat tulisan dibuat agar tidak menjadi bias karena menulis tentang kajian politik tentu saja sangat erat hubungannya dengan ilmu social dan manusia itu sendiri yang selalu dinamis.

dprdsmd ads

Pasca tidak bisanya Rita Widyasari untuk mencalonkan sebagai Gubernur dalam Pilgub Kaltim tahun 2018, merubah peta politik di Kaltim baik dari sudut pndang partai politik dan politikus serta masyarakat di Kaltim. Semua tokoh yang berminat dalam menduduki posisi teratas di Pemerintahan Provinsi Kaltim mulai bermunculan, menggeliat yang sebelumnya hanya pada posisi wait and see serta mulai melakukan manuver-manuver politik demi meraih perhatian dan popularitas. Namun, analisis para pengamat politik tidak jauh meleset, karena nama-nama yang di prediksi dan sering menjadi pembicaraan memang akhirnya menjadi kandidat, artinya tidak ada nama baru yang muncul, lolosnya Andi Sofyan Hasdam dan M Rizal Effendi sebagai paslon yang diusung oleh Partai Golkar dan Partai NasDem tentu saja yang paling banyak menyita perhatian dan menjadi pembicaraan hangat. Berbeda dengan Paslon Isran Noor dan Hadi Mulyadi, pasangan ini bukan merupakan kejutan karena pasca mundurnya Yusran Aspar Bupati Penajam Paser Utara sebagai Ketua Gerindra Kaltim karena ditinggal DPP Gerindra yang memutuskan Isran Noor bukan Yusran Aspar sebagai Calon Gubernur dari Partai Gerindra, maka dapat dipastikan koalisi nasional akan menyentuh Kaltim dan terbukti Hadi Mulyadi menjadi pendamping Isran Noor. Paslon Rusmadi dan Safarudin sudah jelas terlihat dari awal dan dari tulisan saya sebelumnya bahwa PDIP tidak akan bisa dilepaskan dari sosok Safaruddin ternyata benar, purnawirawan Polri ini akhirnya mendampingi Rusmadi, alasan logis ini berdasarkan analisis hasil survei yang saat itu memposisikan Rusmadi selayaknya pantas di posisikan sebagai calon Gubernur. Sosok Awang Ferdian Hidayat anggota DPR RI dari Fraksi PDIP menjadi kejutan karena tidak mewakili PDIP melainkan mampu menarik Syaharie Jaang untuk menyingkirkan Walikota Balikpapan M Rizal Effendi menjadi calon Wakil Gubernur melalui partai politik Demokrat, PKB dan PPP. Berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, sosok Jaang memang menjadi menggiurkan karena menempati peringkat survei terbesar setelah Rita Widyasari, Awang Faroek Ishak berhasil mengemas ini dengan baik dan meloloskan mereka dalam Pilgub Kaltim. Paslon Andi Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail merupakan pasangan yang dari awal sampai akhir penetapan psalon selalu penuh dengan teka-teki, tanda tanya, dan takdir Tuhan, keunikan pasangan inilah yang akan saya analisis lebih lanjut.

Golkar sebagai partai pemenang pada pileg tahun 2014 di Kaltim bahkan sebagian besar Kabupaten dan Kota se Kaltim, secara logika tentu saja dengan mudah meloloskan paslonnya untuk mengikuti perhelatan pilgub kali ini, sebab Golkar Kaltim dengan 13 kursi di DPRD Kaltim secara otomatis berhak menjadi partai pengusung tanpa perlu berkoalisi dengan partai lainnya. Akan tetapi, Golkar Kaltim belum siap dan masih menunggu keputusan final terkait persoalan hukum Rita Widyasari. Sangat banyak tokoh-tokoh Kaltim yang berasal dari kader Golkar, Golkar memang merupakan partai dengan segudang tokoh, system partai yang sangat mengakar dan telah lama menjadi partai pemenang di Kaltim, sejak kepala daerah masih di pilih melalui legislative sampai pemilihan secara langsung oleh rakyat, kepala-kepala daerah tersebut sebagian besar karena didukung oleh Partai Golkar. Golkar Kaltim tidak menduga akan ada halangan untuk Rita Widyasari menjadi Calon Gubernur sehingga tidak sempat menyiapkan simulasi lain dan mengupgrade tingkat keterpilihan serta kepopuleran kader-kader Golkar Kaltim walaupun pola-pola peningkatan survei telah dilakukan seperti konvensi pemilihan calon Wakil Gubernur pendamping Rita, namun strategi itu hanya di fokuskan untuk kapasitas sebagai Wakil Gubernur.

Golkar adalah sebuah partai yang desentralistik, dekomando, dan deotoriter sehingga partai ini sangat dinamis, bergerak dengan mobilitas yang tinggi dan sangat kompetitif, namun saat finalisasi sebuah event dan kepentingan, pergerakan dan kompetisi itu akan mengerucut ke satu titik, titik kebesaran dan kejayaan partai. Boleh jadi banyak sekali faksi dan friksi internal Golkar Kaltim terkait cagub yang diusungnya, namun dititik akhir semuanya melebur menjadi satu kepentingan, berjuang bersama memenangi pilgub Kaltim 2018 demi kejayaan dan kemenangan di pileg 2019. Andi Sofyan Hasdam akhirnya di usung Partai Golkar melebur bersama Partai NasDem yang di wakili Nusyirwan Ismail.

Menarik sekali membahas Andi Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail, dibandingkan membahas paslon lainnya, sebab paslon lainnya sebelum lolos sebagai kandidat di pilgub Kaltim memang memiliki tingkat hasil survei yang cukup tinggi, ditambah lagi pola yang dilakukan mereka hampir sama dalam strategi dan taktik pemenangan, kekuatan modal kampanye sangat jelas terlihat, hal itu bisa dilihat dari laporan pertanggungjawaban dana kampanye ke KPU Kaltim dan pola kampanye yang mereka lakukan seperti panggung hiburan dengan mendatangkan artis penyanyi, metode tabliq atau menghadirkan tokoh agama, alat peraga kampanye (algaka) yang sangat banyak terpasang, bantuan-bantuan materi serta garapan media massa dan media social.

Melihat pola strategi dan taktik pemenangan paslon Andi Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail jauh dari pendekatan materi, bahkan menjadi rahasia umum bahwa mereka berdua jauh dari kesan tokoh atau pejabat yang memiliki kekayaan berlimpah,yang biasa menjadi ciri khas kepala daerah di Kaltim, bahkan bisa dikatakan kedua tokoh ini terkesan lebih melakukan pendekatan hubungan emosional/spiritual (immateri) daripada pendekatan materi sehingga jangan heran bila berhubungan atau berkomunikasi dengan mereka tidak akan mendapatkan materi namun lebih kepada pemahaman tentang program dan tekad mereka apabila menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim.

Setelah nenetapan dan pencabutan nomor paslon cagub dan cawagub, survei menunjukkan Paslon nomor urut 1 Andi Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail yang dikenal dengan akronim ANNUR ini memiliki survei terendah dari paslon lainnya, orientasi kualitas lebih baik dari kuantitas, pemikiran immateri akan dapat mengalahkan materi, serta gerakan memberikan program kerja kepada masyarakat lebih utama daripada memberikan barang dan uang kepada masyarakat menjadi mercusuar gerakan pemenangan. Bagaimana cara mengalahkan kekuatan materi, telah dijawab mereka dengan melakukan perjuangan tanpa mengenal lelah, berjabat tangan langsung ke masyarakat Kaltim dari Biduk-biduk di ujung Berau, silaturahmi dengan masyarakat di Mahulu, sampai ke Paser demi bertemu langsung dengan masyarakat adalah stratak (strategi dan taktik) yang di pilih mereka. Materi akan dapat dikalahkan dengan immateri, bentuk immateri itu adalah membuat visi, misi, dan program kerja yang langsung menyentuh masyarakat, mempersiapkan dan melatih secara detail melalui sebuah praktik simulasi sehingga pada saat pelaksanaan debat kandidat cagub dan cawagub Kaltim dapat memperlihatkan kualitas yang mumpuni dan layak dipilih masyarakat Kaltim sebagai pemimpinnya.

Berlawan terhadap gerakan materi ini menimbulkan konsekuensi logis, paslon harus siap secara fisik dan mental, mewaqafkan atau menyerahkan diri untuk berjuang memimpin masyarakat Kaltim adalah slogan yang sering disampaikan Andi Sofyan Hasdam, memang beliau telah berumur, semua jabatan telah berhasil dicapainya, sehingga di sisa akhir hidupnya bernazar akan mengabdikan diri secara total bagi Kaltim. Nusyirwan Ismail, tokoh muda yang inspiratif, kantor dan rumahnya selalu terbuka lebar bagi siapa saja, smilling leader adalah julukannya, karena disetiap kesempatan selalu memberikan kecerian dengan senyuman yang khas, kenahdliyinan sangat kental terasa dalam setiap gerak dan langkahnya, sangat menggormati para asatidz dan ulama, sehingga jangan heran beliau tanpa sungkan mencium tangan seseorang yang lebih muda dari dirinya karena beliau mengganggap orang tersebut ahli dalam agama. Setiap kaki melangkah ke suatu daerah, hal yang paling awal dilakukan adalah berziarah ke makam para waliullah atau ulama setempat, sehingga terkadang muncul joke segar dari beliau, ANNUR ini pasti akan menang karena didukung bukan hanya manusia yang hidup saja, akan tetapi manusia yang sudah meninggalpun akan mendukung berkat ziarah yang dilakukan.

Hand to Hand Method atau Metode berjabat tangan adalah teknik pemenangan dengan cara paslon langsung bertemu dengan masyarakat Kaltim tanpa sekat dan pembatas, mengetahui secara langsung problematika kehidupan masyarakat dari kota sampai pedesaaan terpencil adalah ‘tekad’ untuk mengalahkan strategi pemenangan yang mengandalkan kekuatan materi. Pertemuan langsung dengan masyarakat akan dapat memberikan pencerahan dan menjelaskan solusi untuk mengatasi problem kebangsaan khususnya di Kaltim yakni kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan insfrastruktur. Tentu saja, teknik pemenangan ini menimbulkan konsekuensi yang logis, fisik dan psikis harus terjaga karena begitu padatnya agenda pertemuan langsung dengan masyarakat di seluruh daerah se Kaltim.

Tepat pada hari Senin, 27 Februari 2018, Nusyirwan Ismail meninggal dunia, setelah berjuang selama tujuh hari untuk mempertahankan hidupnya, sakit yang mendera diakibatkan kelelahan fisik akibat perjuangan menempuh medan berat dari Berau dilanjut ke Kutai Barat dan berakhir di Muara Muntai Kabupaten Kutai Kartanegara. Seminggu sebelum kematiannya, Lingkaran Survei Kalimantan telah selesai melakukan penelitian yang kemudian di rilis per tanggal 21 Maret 2017, prediksi pemenangan oleh pemilih dengan pertanyaan “menurut bapak/ibu, siapa kira-kira yang nanti akan terpilih sebagai Gubernur Kaltim menggantikan Awang Faroeh Ishak?” menempatkan Andi Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail atau ANNUR (Rizal Effendi belum disurvei karena survei ini dilaksanakan sebelum adanya pergantian almarhum Nusyirwan Ismail dan ketika survei mendekati selesai baru terjadi perubahan calon wakil gubernur) di peringkat pertama dengan persentase 15,6%, disusul Syaharie Jaang – Awang Ferdian Hidayat (JADI) 14,3% yang sebelumnya hampir seluruh surveyor menempatkan mereka di posisi kedua (17%) setelah Rita Widyasari (40%), diurutan ketiga 10,2% diisi oleh Isran Noor – Hadi Mulyadi dan Rusmadi – Safarudin diurutan berikutnya dengan persentase 8,9%, dengan pemilih yang menjawab tidak tahu sebesar 51%. Hasil survei yang sangat sepadan dengan gerakan terjuan langsung bertemu masyarakat Kaltim.

Muhammad Rizal Effendi Walikota Balikpapan yang kemudian meneruskan perjuangan almarhum Nusyirwan Ismail, munculnya tokoh dari selatan Kaltim ini merubah konstelasi perpolitikan di Kaltim, dilihat dari ruang gelap maka nomor urut 1 Andi Sofyan Hasdam dan M Rizal Effendi ini akan tertinggal jauh dengan paslon lainnya, sebab ketika semua paslon sudah mulai jauh berlari, AnNuR (akronim ini tidak berubah karena secara kebetulan akronim huruf R mewakili nama Rizal Effendi, sesuatu kebetulan yang tidak terduga) baru mulai melangkah kembali, AnNuR harus kembali ke awal lagi, memperkenalkan calon pendamping Andi Sofyan Hasdam. Akan tetapi, ditilik dari ruang yang terang, efek keterkenalan atau popularitas M Rizal Effendi sangatlah tinggi, jauh hari berdasarkan hasil survei Indonesia Network Election Survey (INES) tahun 2017, ketika Rita Widyasari masih muncul sebagai calon Gubernur dengan hasil survei tertinggi mencapai 28,2%, M Rizal Effendi adalah Calon Wakil Gubernur yang memiliki hasil survei tertinggi mencapai 12,1% dibandingkan dengan calon wakil gubernur lainnya, ditambah lagi dengan pergerakan Syaharie Jaang dan M Rizal Effendi yang saat itu memproklamirkan akan maju sebagai paslon, walaupun akhirnya gagal, namun telah hampir merata di seluruh wilayah Kaltim, sehingga AnNuR bisa dikatakan baru muncul sebagai paslon baru, namun ibarat berlari, paslon lain berlari dengan santai, AnNur berlari dengan kecepatan sprint.

Lembaga Survei Kalimantan kembali merilis hasil surveinya tepat setelah tiga bulan setelah rilis pertama di medio bulan maret 2018, karena hasil survei ini dipandang oleh tim pemenangan AnNuR sebagai konsumsi internal karena hasilnya sangat memuaskan bagi paslon mereka dan jangan sampai hasil survei ini dipublikasikan yang akan menjadi bahan evaluasi strategi pemenangan paslon lainnya, maka hanya hasil survei untuk wilayah Kota samarinda saja yang bisa untuk dikutip dalam tulisan ini.

Gambar 1. Perbandingan Popularitas Kandidat dan Kesukaan di Kota Samarinda

Berdasarkan gambar 1 di atas, Jaang-Ferdi masih memiliki tingkat popularitas tertinggi mencapai 95,3%, hal ini sangat ilmiah sebab Syaharie Jaang adalah Walikota Samarinda, namun terjadi fenomena unik, setelah ditinggal Nusyirwan Ismail, seharusnya paslon nomor 1 AnNuR akan jatuh pada titik terendah, namun hasil survei menunjukan tingkat popularitas AnNuR lebih rendah dari Isran-Hadi, namun pada tingkat kesukaan pasangan AnNuR mengungguli paslon lainnya.

 

Gambar 2. Pilihan Gubernur Terbuka Kota Samarinda

Dengan metode pertanyaan terbuka tanpa alat peraga, pemilih di Kota Samarinda menjatuhkan pilihannya kepada Syaharie Jaang sebesar 18,5%, disusul Andi Sofyan Hasdam sebesar 17,2% dan berturut-turut ditempati Isran Noor dengan pemilih sebesar 7,1%, Awang Ferdian dipilih sebesar 5,8%, kemudian dengan pemilih sebesar 4,4% ditempati Rusmadi, M Rizal Effendi dipilih masyarakat samarinda sebesar 3,9%, Hadi Mulyadi dan Safaruddin berturut-turut dengan pemilih sebesar 0,8% dan 0,4%.

Gambar 3. Simulasi Pilihan Empat Pasangan Resmi Kandidat

Dari gambar 3 tersebut diatas, jelas sekali terlihat bahwa pemilih di Kota Samarinda memilih empat pasangan resmi yang bertarung di Pilgub kaltim dengan urutan ranking adalah JADI pada ranking pertama dengan pemilih sebesar 21,6%, disusul diranking kedua Andi Sofyan Hasdam dan M Rizal Effendi (AnNuR) dengan pemilih sebesar 19,7%, kemudian di ranking ketiga paslon Isran-Hadi sebesar 16,6% dan berikutnya Rusmadi-Safar 12,9%. Hasil survei ini menggunakan jumlah participant sebanyak 520 orang, margin of error sebesar 4,29% pada tingkat kepercayaan 95% atau pada nilai Z sebesar 1,96.

Semakin meningkatnya popularitas dan keterpilihan paslon AnNuR di Kota Samarinda ini menunjukan bahwa faktor meninggalnya Nusyirwan Ismail tidak berdampak signifikan hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain, masivenya dukungan Sri Lestari isteri dari Nusyirwan Ismail kepada AnNuR, kader NasDem yang memiliki basis massa seperti ketua Nasdem Kaltim Harbiansyah Hanafiah, Joha Fajal, Saefuddin Zuhri, sekretaris Tim pemenangan yang juga sekretaris NasDem Kaltim Fatimah Asyari dan relawan AnNuR yang masih setia mendukung dan tetap dirawat oleh AnNuR, menjadikan Kota Samarinda menjadi pertarungan besar bagi keempat paslon di pilgub Kaltim tahun ini.

Faktor debat kandidat yang digagas oleh KPU Kaltim melalui siaran televise juga merupakan indicator yang sangat menguntungkan nomor 1 AnNuR, seperti gambar berikut ini:

Gambar 4. Pemenang Debat di Televisi Versi Pemilih di Kota Samarinda

Dari hasil survei Lingkaran Survei Kalimantan, jelas sekali bahwa debat kandidat hanya dapat ditonton sebanyak 35% masyarakat di Kota Samarinda, 65% lebih masyarakat Samarinda tidak menonton dengan berbagai macam alasan. AnNuR tentu saja menjadi pilihan pemilih di Kota Samarinda sebagai paslon yang menarik dan mampu menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur.

Hasil survei ini membuktikan bahwa kekuatan kualitas atau kekuatan akal dapat mengalahkan kekuatan materi atau modal, melalui perjuangan yang melelahkan, dengan keluasan Kaltim dan geomorfologis yang sangat sulit namun tetap menggunakan teknik kampanye bertemu dan menyapa langsung dengan masyarakat di seluruh wilayah Kaltim, M Rizal Effendi yang merupakan keterwakilan dari masyarakat selatan (Balikpapa, Penajam Paser Utara dan Paser) di Kaltim, kemudian Andi Sofyan Hasdam yang lama bersosialisasi di wilayah utara Kaltim (Bontang, Kutai Timur, Berau dan Kutai Kartanegara bagian pesisir) hal ini terbukti dengan berhasilnya Neni Moernaneni lolos mewakili Kaltim di DPR RI saat pileg 2014 yang lalu, besarnya kekuatan Golkar di wilayah tengah Kaltim (Kutai Kartanegara dan Samarinda), untuk Kota Samarinda selain daya juang NasDem yang sangat tinggi, faktor Golkar Kota Samarinda sebagai pemenang pileg 2014 dan basis massa yang militant khususnya di Samarinda, selain itu untuk Kutai Kartanegara sebagai suara pemilih terbesar kedua, faktor kader miltan Rita Widyasari di Golkar Kukar yang terbukti bisa memenangkan Rita saat pemilihan bupati tahun 2010 dan 2015 yang lalu, akan sangat menentukan keterpilihan paslon nomor 1 Andi Sofyan Hasdam dan M Rizal Effendi.

Pasangan calon nomor urut 1 Andi Sofyan Hasdam dan M Rizal Effendi (AnNuR), selangkah demi selangkah berhasil menarik perhatian dan memenuhi rasa dahaga masyarakat Kaltim untuk memiliki pemimpin yang berkualitas, hasil dari perjalanan panjang paslon ini untuk bertatap muka langsung dengan masyarakat adalah membuat program aspirasi masyarakat Kaltim yang telah dijabarkan dalam program BPJS Gratis, beasiswa yang terseleksi, dana insentifikasi pertanian dalam arti luas sebesar 10% dari APBD, insentif guru dan tenaga kesehatan plus penjaga tempat ibadah, buku dan seragam sekolah gratis serta menyempurnakan insfrastruktur akses jalan yang baik bagi masyarakat se Kalimantan Timur. Paslon AnNur bila diibaratkan manusia, maka seorang manusia yang beranjak dewasa, yang lagi tumbuh besar dan matang, tentu saja memiliki semangat yang prima dan disukai oleh setiap orang karena semangat dan prestasinya, bila di ibaratkan bunga, maka AnNuR ini adalah bunga yang sedang bersemi, yang akan mekar dan merekah, serta memiliki kewangian yang sangat harum sehingga membuat setiap orang ingin sekali memilikinya dan kematangannya akan menuju puncaknya pada Hari Rabu Tanggal 27 Juni 2018 nanti.


*)Isian pada kolom pojok suara adalah tanggung jawab penulis tertera, tidak menjadi tanggung jawab redaksi beritainspirasi.info