SAMARINDA – Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda telah melakukan survei awal ke Desa Tihi-Tihi, sebuah desa unik yang terletak di tengah laut, pesisir Bontang. Survei ini dilakukan sebagai persiapan kegiatan abdi desa yang dijadwalkan berlangsung pada awal Februari mendatang.
Survei yang dilakukan pada Selasa, 21 Januari 2025, ini memberikan pengalaman berharga bagi para mahasiswa.
Perjalanan dimulai dari Samarinda menuju Bontang menggunakan motor selama kurang lebih tiga jam. Setibanya di Bontang, para mahasiswa beristirahat di rumah salah satu panitia yang terletak dekat pelabuhan. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Tihi-Tihi menggunakan dua kapal kecil dengan biaya perjalanan pulang-pergi sebesar Rp500 ribu.
“Kami menggunakan kapal kecil yang hanya muat 5-6 orang, sehingga membutuhkan dua kapal untuk rombongan kami yang berjumlah sembilan orang. Perjalanan menyebrangi laut selama 20 menit ini sangat berkesan,” ungkap salah satu mahasiswa.
Setibanya di Desa Tihi-Tihi, para mahasiswa disambut dengan antusias oleh warga, terutama anak-anak desa. Desa ini benar-benar unik karena seluruh permukaannya terdiri dari kayu, mulai dari jalanan hingga lapangan. Tidak ada tanah maupun daratan di desa ini.
“Kami sangat kagum karena suasananya benar-benar di luar ekspektasi. Anak-anak di sini sangat ceria dan aktif, mereka menemani kami dari awal hingga akhir survei,” ujar Vida, salah satu mahasiswa UINSI Samarinda.
Selama survei, para mahasiswa mengunjungi berbagai pihak di desa, termasuk kepala sekolah SD 016 Tihi-Tihi, Pak RT, asisten RT, ketua UMKM, imam desa, hingga pengajar PAUD dan posyandu. Mereka juga sempat melaksanakan sholat di masjid desa.
Abdi desa yang direncanakan pada Februari mendatang bertujuan untuk mendukung pengembangan pendidikan dan masyarakat di Desa Tihi-Tihi. Desa ini memiliki satu-satunya sekolah dasar, yaitu SD 016 Tihi-Tihi, yang baru saja meraih penghargaan Adiwiyata pada Desember 2024. Sekolah ini terkenal dengan dedikasi kepala sekolahnya, Ibu Wahyu, yang terus mendorong inovasi meskipun dengan keterbatasan.
Ibu Wahyu memiliki rencana besar untuk pengembangan sekolah, mendukung mahasiswa uinsi Samarinda dalam program abdi desa yaitu program “Rumah Belajar” untuk siswa dan masyarakat, Bu wahyu berharap bisa membangun perpustakaan digital interaktif, serta memperkenalkan program hidroponik sebagai bagian dari pendidikan lingkungan hidup.
“Kami berharap program abdi desa ini bisa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Desa Tihi-Tihi, baik dalam bidang pendidikan maupun pemberdayaan masyarakat,” tambah Vida.
Dengan antusiasme warga dan dukungan dari berbagai pihak, Desa Tihi-Tihi memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Program abdi desa ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menjalin kolaborasi yang lebih erat antara mahasiswa UINSI Samarinda dan masyarakat desa.
Desa Tihi-Tihi bukan hanya tempat yang unik secara geografis, tetapi juga simbol semangat masyarakat yang tak kenal lelah dalam menghadapi keterbatasan. Dengan semangat gotong royong dan dukungan pendidikan, masa depan cerah untuk Desa Tihi-Tihi semakin dekat.
(*)