BONTANG – Perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili, yang jatuh pada Jumat, 12 Februari 2020. Menampakkan suasana yang berbeda, dari perayaan sebelumnya.
Tentu ini akibat dari pandemi Covid-19 yang masih menghantui jagat raya. Sehingga seluruh perayaan hari besar, polanya harus di rubah. Sama seperti perayaan umat beragama lainnya.
Sudah tidak adalagi tatap muka secara langsung. Semua sudah serba virtual. Demi mengurangi kontak langsung setiap objek, agar tak saling menulari virus Corona.
Seperti yang dialami keluarga besar etnis Tionghoa di Bontang. Yang terpaksa harus bertemu tatap muka melalui dalam jaringan.
“Ya kami di masyarakat etnis Tionghoa yang biasanya merayakan ya mau tidak mau mengikuti anjuran pemerintah lah,” kata Ketua Penasehat Paguyuban Keluarga Etnis Tionghoa (Paket) Sonny Lesmana dihubungi media ini melalui telpon, Jumat (12/2) lalu.
Dengan kemajuan dunia teknologi, suasana seperti ini tidak akan mengurangi esensi dari perayaan Imlek di tahun ini. Karena saat ini, ia sedang berada di Jakarta.
“Sudah cukup gembira, jadi kita juga bisa tatap muka enggak ada yang ragu bahwa silahturahim itu masih bisa terjadi dengan media sosial yang sekarang,” katanya.
Ia juga bercerita, perayaan Imlek di tahun sebelumnya memang dirasa sangat berbeda. Jika tak ada pandemi, perayaan ini tentu menjadi momen yang ditunggu.
Pasalnya, selain menjadi hari raya seluruh etnis Tionghoa di seluruh dunia, momen itu juga menjadi ajang kumpul keluarga, juga untuk saling mendoakan satu sama lain.
“Ya paling satu tahun sekali lah ajang berkumpul bersama. Biasanya itu tempatnya macam macam pernah di Tiara Surya pernah, di Hanifa, di Singapore Cafe juga pernah di lembah permai tempat saya juga pernah. Kita selalu berganti ganti itu berpindah pindah kan,” lanjutnya.
Pun begitu, Ia berharap Imlek kali ini, yang dipercaya etnis Tionghoa sebagai tahun Shio Kerbau ini, akan lebih baik daripada tahun lalu. Makna Kerbau sendiri, ia sebut barang kali mempunyai sifat-sifat yang positif, salah satunya kerja keras.
“Kita semua juga harus kerja keras. Kondisi saat ini memang butuh perjuangan yang cukup keras. Harapannya tahun ini lebih baik itu aja sih,” ucapnya.
Ia melanjutkan, meski dalam keadaan saat ini, secara pribadi dirinya tak pernah merasa keadaan ini harus menyurutkan harapan.
“Jadi tetap aja kita berbuat, membuat sesuatu masih kita buat ya kita buatlah,” ucapnya.
Untuk diketahui, Kota Bontang saat ini belum memiliki bangunan rumah ibadah Klenteng. Dikarenakan jumlah penduduk etnis Tionghoa masih sangat sedikit, tidak sampai 90 umat. (ESC)