BERI.ID – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Stella Christie, menegaskan bahwa masa depan pendidikan tinggi tidak lagi cukup hanya mencetak lulusan, tetapi juga harus menghasilkan solusi konkret bagi tantangan dunia nyata.
Tantangan dunia nyata itu mulai dari kebutuhan industri, hingga problem lokal seperti lingkungan dan energi di Kalimantan Timur.
Ia menilai, masih banyak riset yang potensial namun belum terdengar oleh pihak yang membutuhkan.
Di sinilah peran pemerintah pusat sebagai fasilitator untuk mempercepat konektivitas pengetahuan dan kebutuhan pasar.
Stella Christie juga menyebutkan bahwa total pendanaan riset nasional telah ditingkatkan secara signifikan.
Selain dana dari APBN sebesar Rp1,47 triliun, pemerintah bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga menyiapkan dana riset tambahan sebesar Rp1,8 triliun. Anggaran besar ini bukan sekadar untuk membuat publikasi, melainkan mendorong hilirisasi hasil penelitian.
“Banyak prototipe riset kita bagus, tapi belum diproduksi secara massal oleh industri. Itu PR kita,” jelas Stella Christie, di Politani Samarinda, Rabu (18/6/2025).
Ia menyinggung tantangan khas seperti produktivitas kelapa sawit tanpa mengorbankan keragaman hayati, serta potensi energi baru. Masalah-masalah ini, kata Stella, bisa menjadi ladang riset strategis jika kampus, industri, dan pemerintah bersinergi.
Wamendikti juga menyoroti rendahnya proporsi pendidikan vokasi di Indonesia yang baru menyentuh angka 8 persen, padahal dunia industri sangat memerlukan tenaga terampil yang dihasilkan oleh jalur vokasi.
“Kita dorong program industry-match education, di mana kurikulum, pengajar, dan fasilitas kampus dibentuk bersama industri. Jadi bukan hanya link and match, tapi benar-benar satu kesatuan dari hulu ke hilir,” tutupnya. (lis)