Safaruddin Sebut Banjir Itu Fakta “Jika Salah Silahkan Bantah”

SAMARINDA – Riak-riak pemilihan Gubernur Kaltim 2018, membawa deras opini masyarakat untuk masing-masing pasangan calon. Pelbagai macam perspektif bahkan evaluasi tak jarang tumpah secara spontan di ruang-ruang publik.

Hal ini justru cenderung datang dari sudut pandang kelompok pemenangan, simpatisan atau partai pengusung. Bahkan pasangan calon pun tak jarang mengeluarkan kritikan sesama pasangan calon lainnya.

dprdsmd ads

Seperti yang di lakukan Safaruddin, mengkritik Kota Samarinda yang akrab dengan banjir, apalagi berdasarkan survei Kementerian Agraria Kota Tepian ini memang masuk deretan ke tujuh dari sepuluh Kota tak nyaman huni.

Sanksi teguran yang di berikan oleh Bawaslu secara lisan saat kampaye damai lalu, tak menyurut kan nya untuk tegas membenarkan apa yang ia katakan saat orasi politik di kampaye damai. Hal ini di sampaikan oleh Safaruddin saat di konfirmasi via telpon oleh beritainspirasi.info (19/02/18).

“Saya mengingatkan, banjir itu hal yang dirasakan warga, kalau ada yang mau bantah silahkan bantah itu,” Pungkas Safaruddin dengan sedikit tawa.

Teguran yang di berikan oleh Bawaslu kala itu di terima baik, bahkan mantan Kapolda Kaltim ini juga berniat akan memperbaiki kedepan nya.

Safaruddin juga mengatakan, bahwa pelanggaran itu hal yang biasa terjadi di setiap arena Pilkada seperti sekarang ini.

“Mana ada dalam pelaksanaan Pilkada yang tidak ada pelanggarannya, Nanti semua nya juga akan melanggar, itu seperti kemarin di kampaye terbuka banyak anak-anak kecil apa itu tidak melanggar,” ucap Safaruddin.

Lanjutnya, “lagipula yang di larang itukan Sara dan Politik uang, nah ini bukan itu toh, ini fakta kinerja orang,” Ujar nya

Menurut nya saat kampaye damai kemarin ia juga hendak menjelaskan bahwa hal itu juga menjadi konsentrasi program nya, namun tak sempat karena persoalan waktu.

Menuai kritikan dalam membangun itu hal biasa menurut nya, tidak semua orang suka terhadap kepemimpinan dan program nya pun hal wajar.

“Pemimpin yang tidak mau menerima resiko ya jangan jadi pemimpin. tidak semua keputusan menyenangkan semua orang.” Tutup Safaruddin. (Red)