BERI.ID – Kepala Rintisan Sekolah Rakyat Samarinda, pada Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltim, Hasyim menjelaskan bahwa gedung asrama dan sejumlah fasilitas penting masih dalam proses penyelesaian, termasuk pengadaan perabot dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) RI yang baru akan masuk pada akhir Juli.
Hal ini menyebabkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah berasrama ini justru baru akan dimulai pada 2 Agustus mendatang.
“Sebagian ruang, khususnya asrama guru masih dalam tahap renovasi dan sesuai SOP dari PUPR, selama pengerjaan kita tidak boleh masuk area. Jadi kita putuskan untuk menunda MPLS hingga semua siap secara fisik dan operasional,” kata Hasyim di sela-sela skrining kesehatan, di Stadion Segiri Samarinda, Senin (14/7/2025).
Siswa yang sudah terdata dan menjalani tahapan awal, termasuk skrining kesehatan dan pengenalan pola asrama, akan kembali pada tanggal 30 Juli 2025, untuk persiapan MPLS.
Meski jadwal utama tertunda, kegiatan pendahuluan tetap dijalankan dengan fokus pada cek kesehatan fisik, yang dilakukan secara menyeluruh. Pemeriksaan ini bekerja sama dengan lima puskesmas di Kota Samarinda, yakni puskesmas Baka, Lempake, Mugirejo, Remaja, dan Segiri.
Ia menjelaskan, cek kesehatan ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, skrining penyakit, dan pemeriksaan darah. Ini menjadi penting karena karakteristik siswa Sekolah Rakyat sangat beragam.
“Banyak di antaranya berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu, korban kekerasan, atau bahkan anak-anak jalanan,” jelasnya.
Pola Boarding, Persiapan Tidak Bisa Disamakan dengan Sekolah Umum
Hasyim menegaskan, konsep boarding school, yang diusung Sekolah Rakyat membuat proses persiapan MPLS menjadi lebih kompleks dibanding sekolah umum.
Selain karena siswa harus tinggal di asrama, juga karena kegiatan MPLS mencakup adaptasi gaya hidup, pengenalan karakter, hingga pembiasaan disiplin.
“Anak-anak ini latar belakangnya beragam. Ada yang terbiasa bekerja, ada yang sudah terbiasa tidur larut malam, bahkan terbiasa hidup sendiri. Jadi kita tidak bisa memaksakan sistem umum ke mereka. Perlu pendekatan bertahap,” ujarnya.
Karena itu, sekolah merancang masa adaptasi khusus selama 3 bulan sebelum memasuki pembelajaran akademik penuh.
Masa ini akan difokuskan untuk membangun karakter, mengenali potensi anak, dan menumbuhkan semangat belajar, di lingkungan baru yang tertib dan disiplin.
Fasilitas Masih Dalam Tahap Penyempurnaan
Faktor utama penundaan MPLS adalah kesiapan infrastruktur. Meski gedung utama sekolah sudah tersedia, perabot dan kelengkapan ruang belum sepenuhnya terpasang.
Berdasarkan penjelasan Hasyim, logistik dari PUPR baru akan masuk pada tanggal 30 Juli, setelah itu anak-anak akan mulai kembali ke asrama.
“Jadi, MPLS baru akan dimulai tanggal 2 Agustus. Kami tidak ingin anak-anak masuk saat semuanya belum siap. Kita mau mereka masuk dalam kondisi terbaik, karena ini juga tentang membangun suasana pertama yang positif,” tambahnya.
Sebagai sekolah rintisan yang diinisiasi langsung oleh Kementerian Sosial dan Kemendikbudristek, Sekolah Rakyat Samarinda memang mendapat perhatian khusus. Namun, integrasi antarinstansi juga membuat prosesnya harus melewati birokrasi yang tak bisa dipaksakan terburu-buru.
Kurikulum Modern, Anak Disiapkan ke Perguruan Tinggi
Pembelajaran akan mengadopsi kurikulum berbasis modul dari Sekolah Al-Hikmah Surabaya, dengan pendekatan percepatan dan pendalaman minat, bukan hafalan.
“Kami fokus pada penguatan karakter dan minat akademik ke perguruan tinggi. Karena sekolah ini tidak hanya sampai SMA, tapi akan mengawal anak-anak ini hingga ke kuliah,” jelas Hasyim.
Sistem ini juga menuntut kesiapan guru yang luar biasa. Saat ini, 16 guru dan tenaga kependidikan telah disiapkan, termasuk guru dari Samarinda dan daerah lain. Mereka telah melalui seleksi nasional ketat oleh Kemensos dan Kemendikbudristek.
Soal Guru di Sekolah Rakyat
Guru Matematika rintisan Sekolah Rakyat, Mutia Shilda Yusfa, menjelaskan bahwa dirinya direkrut melalui proses pemetaan guru Program Profesi Guru (PPG) dan secara pribadi memilih untuk bergabung sebagai pengajar di sekolah ini.
Ia menyebutkan, para guru sekolah rakyat umumnya dipilih melalui sistem mapping dari platform resmi, di mana mereka diminta menyatakan kesediaannya untuk ditempatkan sebagai pengajar.
“Waktu itu kami diminta memilih, apakah bersedia ditempatkan sebagai guru di Sekolah Rakyat atau tidak. Sistemnya sudah jelas, termasuk konsekuensi dan fasilitas yang mungkin kami terima,” ungkap Mutia.
Mutia, yang merupakan warga asli Samarinda, mengaku mengikuti PPG pada gelombang kedua tahun 2023. Sebelum bergabung di Sekolah Rakyat, ia sempat menjadi guru pengganti di SMK 11 dan juga pernah mengajar di SMK Farmasi Samarinda Seberang sejak 2022 hingga 2023.
“Kalau di Sekolah Rakyat, saya ditugaskan mengajar matematika untuk jenjang SMP dan SMA. Kurikulumnya agak berbeda dari sekolah umum karena kami baru saja dilatih menggunakan modul pembelajaran khusus,” jelasnya.
Soal penempatan tinggal di asrama, Mutia mengatakan bahwa guru tidak wajib diasramakan, kecuali mereka yang bertugas sebagai wali asrama dan wali asuh.
“Karena rumah saya cukup dekat dengan lokasi sekolah, saya memilih untuk tidak tinggal di asrama dan tetap bolak-balik setiap hari,” imbuhnya.
Bagaimana Tanggapan Siswa di Sekolah Rakyat?
Muhammad Randi Arsil, siswa berusia 15 tahun asal Bayur, Samarinda, menjadi salah satu peserta didik Sekolah Rakyat (SR) Samarinda. Ia mengaku mengetahui namanya tercantum sebagai penerima program dari informasi yang disampaikan oleh tim pendataan Dinsos Samarinda yang datang langsung ke rumahnya.
“Pendataannya datang ke rumah, sudah dari dua minggu lalu,” ujarnya.
Randi sebelumnya bersekolah di SMP 47 Samarinda. Ia mengaku belum tahu banyak soal Sekolah Rakyat, tetapi merasa tidak keberatan untuk mengikuti proses pendidikan di sana, termasuk kemungkinan tinggal di asrama.
“Belum tahu sih seperti apa sekolahnya, tapi kayaknya nggak apa-apa. Soal asrama orang tua juga setuju,” tambahnya.
Randi merupakan anak dari seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari membantu bersih-bersih dan memasak. Ayahnya sudah meninggal dunia. Selain sekolah, ia kerap mengisi waktu luang dengan berlatih voli atau bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah vila.
“Tapi sekarang kerjaan libur dulu karena ada kegiatan sekolah ini. Nanti lanjut lagi,” ujarnya.
Motivasinya masuk Sekolah Rakyat adalah keinginan untuk belajar mandiri. Menurut informasi yang ia terima, sekolah tersebut memberikan fasilitas lengkap seperti tempat tinggal (asrama), makan, dan pakaian.
“Alasannya ya biar mandiri aja sih. Di sana kan semua harus sendiri. Info dari Pak Ahmad, nanti makan dan baju juga ditanggung,” jelasnya.
Lalu Bagaimana Tanggapan Orang Tua terhadap Sekolah Rakyat?
Rahimah (39), warga Gang 2 Jalan M Said, mendaftarkan putranya, Reyhan (13), untuk masuk ke jenjang SMP di sekolah tersebut setelah mendapat informasi dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang dikelola Dinas Sosial.
“Informasi awalnya dari PKH Dinsos, saya lupa persis kapan. Kemarin saya daftar sesuai syarat,” ujar Rahimah saat ditemui, di Stadion Segiri Samarinda.
Motivasi Rahimah mendaftarkan anaknya ke Sekolah Rakyat bukan hanya karena programnya yang gratis, tetapi juga karena keterbatasan sarana transportasi yang selama ini menjadi kendala utama pendidikan anaknya.
“Jujur, saya memang kesulitan antar jemput karena tidak ada kendaraan. Jadi saya setuju saja kalau anak saya tinggal di asrama,” jelasnya.
Rahimah sehari-hari adalah ibu rumah tangga, sementara suaminya bekerja sebagai petugas kebersihan dengan penghasilan sekitar Rp2 juta per bulan.
Dari empat anak yang dimilikinya, anak pertamanya sudah berumah tangga dan tidak melanjutkan sekolah. Sementara Reyhan, anak kedua, kini akan memulai pendidikan SMP di Sekolah Rakyat.
“Sebelumnya anak saya sekolah di SDN 017 Revolusi. Kemarin sempat kelas 2 SMP, tapi karena masuk SR harus mengulang lagi ke kelas 1. Tapi tidak apa-apa daripada sering bolos karena tidak ada yang antar ke sekolah,” tambahnya.
Meski ada konsekuensi pengulangan kelas, Rahimah tidak merasa khawatir.
Ia justru menaruh harapan besar agar Sekolah Rakyat bisa menjadi jalan anaknya meraih masa depan yang lebih baik.
“Sudah dijelaskan juga kalau semua fasilitas ditanggung, mulai dari makan, asrama, sampai perlengkapan. Mudah-mudahan anak saya bisa sukses dan sekolahnya bisa selesai. Saya ingin cita-citanya tercapai sesuai yang dia mau,” tutupnya. (lis)