BERI.ID – Sosok mahasiswi ITB (Institut Teknologi Bandung), SSS, menjadi sorotan setelah ditangkap oleh Bareskrim Polri pada Jumat (9/5/2025).
Ia ditangkap terkait dengan unggahannya yang membuat meme kontroversial yang menampilkan Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) berciuman.
SSS yang merupakan mahasiswi Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, ditangkap di tempat indekosnya yang terletak di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada Selasa (6/5/2025).
Meme yang diunggahnya di media sosial melalui akun X (Twitter) @reiayanyami, dibuat dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dan segera menjadi viral.
Aksi unggah meme tersebut memicu beragam reaksi, salah satunya berupa serangan berupa doxing oleh sejumlah akun Twitter. Foto pribadi SSS tersebar luas, dan ia pun menerima berbagai komentar negatif dari warganet.
Beberapa akun yang terlibat dalam doxing tersebut adalah @bengkeldodo dan @gtobing2903 pada Maret 2025.
Selain doxing, SSS juga mendapat tuduhan dari akun @tadja25 yang menyebutnya sebagai bagian dari kelompok PKI. Menanggapi tuduhan tersebut, SSS membantah dan menegaskan bahwa tudingan itu tidak relevan dan telah keluar dari konteks.
“Buset, tiba-tiba PKI. Udah lah gausah geser-geser konteks, gw yakin lu paham sejarah PKI aja ngga,” jawab SSS melalui akun Twitter-nya @reiayanyami.
Sebelum kejadian ini, SSS dikenal sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah, termasuk terkait RUU TNI. Ia juga pernah mengkritik keras tindakan pengiriman kepala babi kepada seorang jurnalis dari TEMPO.
Kabar penangkapan SSS mendapat perhatian publik, terlebih karena pada 6 Mei 2025, ia terakhir kali membuat unggahan di akun Twitter-nya. Banyak warganet yang khawatir dan bertanya-tanya mengenai kondisi SSS, dengan komentar-komentar seperti, “Kay, are you okay? May God save you,” serta “Girl, are you okay? Haven’t posted for days.”
Dengan penangkapan ini, SSS kini menjadi sorotan terkait kebebasan berekspresi di media sosial serta dampak dari meme yang menggunakan teknologi AI yang bisa memicu kontroversi. (len)
Respon Istana
Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, mengungkapkan bahwa sebaiknya mahasiswi ITB yang mengunggah meme yang menggambarkan Presiden Prabowo Subianto berciuman dengan Presiden Joko Widodo dibina, ketimbang dihukum. Ia menyebutkan bahwa mahasiswi tersebut masih muda dan memiliki potensi untuk dibimbing.
“Jika ada pasal yang dilanggar, tentu itu urusan polisi, tapi jika dari perspektif pemerintah, anak muda seperti ini bisa dibina. Mereka mungkin terlalu bersemangat dan terkadang salah langkah, namun itu bisa diperbaiki dengan pembinaan, bukan hukuman,” ujar Hasan kepada awak media di Jakarta, pada Sabtu (10/5/2025).
Menurut Hasan, kritik yang disampaikan oleh mahasiswi tersebut mungkin berlebihan karena semangat yang besar terhadap kebebasan berekspresi. Oleh karena itu, ia menilai bahwa pendekatan pembinaan lebih tepat untuk membantu mahasiswi itu memahami cara menyampaikan pendapat dengan lebih baik, terutama dalam konteks demokrasi yang terbuka.
“Harus ada pemahaman lebih lanjut dan pembinaan supaya yang bersangkutan bisa menjadi lebih baik ke depannya, ini bagian dari proses pembelajaran dalam demokrasi,” jelasnya. (len)