BERI.ID – Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) kembali mencatat sejarah dengan menganugerahkan penghargaan kepada sejumlah tokoh inspiratif dari berbagai bidang. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Pendiri MURI, Jaya Suprana, dalam sebuah seremoni di Gedung Jaya Suprana Institute, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Kamis, 22 Mei 2025.
Acara ini sekaligus menjadi momentum perayaan 35 tahun perjalanan MURI, yang telah mendokumentasikan lebih dari 12.000 karya dan prestasi anak bangsa sejak berdiri.
Beberapa tokoh penerima rekor MURI kali ini berasal dari bidang yang unik dan inspiratif, antara lain:
Hartono Sumarsono sebagai penulis buku batik terbanyak.
Teguh Santosa, penulis Indonesia pertama yang mengangkat isu reunifikasi Korea.
Serlika Aprita, dosen perempuan dengan jumlah buku Ilmu Hukum terbanyak.
Andrew Susanto, CEO Pusat Gadai Indonesia, atas pemberian emas terbanyak kepada nasabah.
Kiki Adam, desainer busana dansa yang menonjolkan seni sebagai ekspresi jiwa.
Intercity Evergreen, penyelenggara pertandingan bola basket veteran terbanyak.
Erlien Ermawati, kolektor kartu member Starbucks terbanyak dengan 273 kartu.
Sebelum penyerahan sertifikat, Jaya Suprana mewawancarai para tokoh untuk mengungkap cerita inspiratif di balik rekor mereka.
Hartono Sumarsono mengenang awal ketertarikannya pada batik dimulai pada 1983, saat melihat porselen China di Jalan Surabaya. Sejak itu, ia terdorong untuk menulis puluhan buku tentang batik sebagai wujud kecintaan terhadap budaya Indonesia.
“Kita sebagai orang Indonesia, pakailah batik sebagai bentuk cinta pada negeri,” ujarnya.
Serlika Aprita, dosen hukum, telah menulis 65 buku, namun baru 35 yang didaftarkan ke MURI, menyesuaikan dengan usianya yang ke-35 tahun di 2025.
Sementara itu, Teguh Santosa, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), meraih rekor MURI sekaligus penghargaan Mahakarya Kebudayaan ke-40. Ini merupakan rekor MURI ke-6 bagi Teguh, yang diakui atas kontribusinya dalam diplomasi budaya melalui disertasi bertema reunifikasi Korea.
Andrew Susanto dari Pusat Gadai Indonesia mencetak rekor unik dengan membagikan 8.000 gram emas senilai lebih dari Rp12 miliar kepada nasabah loyal. “Emas Rp12 miliar terlalu murah untuk mendapatkan MURI,” selorohnya sambil tertawa.
Kiki Adam menekankan bahwa busana dansa bukan sekadar kostum, tapi media untuk mengekspresikan jiwa.
“Saya pemimpi, Pak. Busana dansa itu bukan kostum, tapi ekspresi jiwa,” katanya.
Erlien Ermawati, pecinta kopi sejati, mengoleksi 273 kartu Starbucks sebagai bentuk kecintaannya terhadap merek dan kopi itu sendiri.
Sementara itu, komunitas Intercity Evergreen mencatat rekor sebagai penyelenggara pertandingan basket veteran terbanyak, membuktikan bahwa semangat olahraga tak kenal usia.
Jaya Suprana menutup acara dengan optimisme:
“Bila potensi yang kita semua miliki dikembangkan untuk kemajuan, saya yakin peradaban Indonesia akan abadi.” (Red)