10 Insinerator Wisanggeni Senilai Rp200 Miliar Siap Olah 200 Ton Sampah per Hari di Kota Tepian

Anggota Bidang Infrastruktur, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Iklim TWAP Samarinda, Sukisman. (Foto: Lisa/beri.id)

BERI.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memastikan 10 insinerator Wisanggeni generasi 7 siap beroperasi pada akhir 2025.

Awalnya, program ini dirancang dengan konsep “satu kecamatan, satu insinerator”.

Namun, hasil kajian teknis menunjukkan pendekatan itu tidak efektif.

Alih-alih merata, mesin dibangun di kecamatan dengan volume timbunan sampah tinggi dan jauh dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sambutan.

Langkah ini langsung mendapat restu dari Wali Kota Samarinda. Penentuan lokasi pun diputuskan berdasar kebutuhan nyata, bukan sekadar pemerataan simbolis.

Wisanggeni generasi 7 dipilih, sebab mesin ini diklaim lebih ramah lingkungan, mampu menelan 10 ton sampah dalam delapan jam. Dengan dua shift, satu unit bisa membakar hingga 20 ton sampah per hari.

Bila semua mesin beroperasi penuh, Samarinda dapat mengolah 200 ton sampah per hari tanpa menambah beban TPA.

“Sampah kalau nantinya sudah dibakar habis di insinerator dekat sumbernya, tidak perlu lagi diangkut ke TPA. Biaya operasional angkut jelas berkurang signifikan,” ungkap Sukisman, Anggota Bidang Infrastruktur, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Iklim TWAP Samarinda, Kamis (2/10/2025).

Keunggulan lain terletak pada sistem sirkulasi udara tertutup dan empat bak penahan asap berbasis air.

Skema ini dirancang agar emisi tidak mencemari udara, salah satu kritik terbesar terhadap insinerator konvensional.

“Pencegahan pencemaran jadi perhatian utama. Teknologi Wisanggeni jauh lebih adaptif untuk kota padat seperti Samarinda,” tambah Sukisman.

Penempatan insinerator fokus ke kecamatan penghasil sampah terbesar, diantaranya:

1. Sungai Kunjang: 2 unit (Jl. Jakarta 2 Lok Bahu & Jl. Nusyirwan Ismail Ring Road 2)
2. Samarinda Ulu: 2 unit (Folder Air Hitam & TPA Bukit Pinang)
3. Samarinda Utara: 2 unit (Jl. Wanyi Sempaja Utara & Lempake Jaya)
4. Palaran: 2 unit (Eks Pasar Bukuan & Stadion Utama Kaltim)
5. Loa Janan Ilir: 1 unit (Samping Kantor Lurah Tani Aman)
6. Samarinda Seberang: 1 unit (Kawasan PDAM Baqa)

Dua unit di Sungai Kunjang dipasang karena kawasan ini menyumbang timbunan terbesar, mencapai 90 ton per hari.

Proyek saat ini masuk tahap pembangunan shelter. Pemkot menargetkan konstruksi selesai Oktober 2025.

Setelah itu, pelatihan petugas dilakukan November, dan uji coba pengoperasian dimulai Desember dengan satu shift.

Jika tidak ada kendala, mulai 2026 seluruh insinerator akan beroperasi dua shift penuh.

Namun ia mengingatkan, pengoperasian insinerator tidak otomatis menekan produksi sampah di hulu. Edukasi pengurangan sampah plastik, daur ulang, dan pengelolaan organik tetap harus berjalan berdampingan.

“Kalau kita tidak melakukan inovasi pengelolaan, beban TPA Sambutan akan makin berat. Insinerator ini salah satu jawaban, tapi bukan akhir dari masalah,” tutup Sukisman. (lis)

Exit mobile version