Yayasan Fimizoe Kelola Lima Dapur MBG, Satu Unitnya Bisa Serap 47 Tenaga Lokal 

Ketua Yayasan Fimizoe, Fitriana. (Ket foto: Lisa/beri.id)

BERI.ID – Ketua Yayasan Fimizoe, Fitriana, membeberkan bagaimana pengelolaan lima dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalimantan Timur miliknya, yang tersebar dua di Bontang, dua di Kutai Kartanegara, dan satu dapur di SPPG Bugis, Go Mall Samarinda.

Seluruh dapur di bawah Yayasan Fimizoe, kata dia, menerapkan sistem ketat dalam hal sertifikasi, higienitas, dan efisiensi proses produksi.

Ia menjelaskan, langkah cepat diambil begitu Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan bahwa setiap dapur harus memiliki juru masak bersertifikat.

Menggandeng para ahli dari Jakarta, pihaknya bekerja sama dengan BGN untuk mengadakan pelatihan. Hasilnya, kini sudah ada sekitar 70 tenaga juru masak bersertifikat yang siap ditempatkan di berbagai SPPG di bawah Yayasan Fimizoe.

Fitriana juga menyebut bahwa seluruh dapur MBG di Kaltim wajib mempekerjakan tenaga kerja lokal.

Dengan skema distribusi makanan yang melayani hingga 3.000 penerima manfaat per dapur, setiap unit dapur minimal menyerap 47 pekerja lokal, mulai dari juru masak, cook helper, hingga penjamah makanan.

Khusus untuk dapur SPPG Bugis di Samarinda, saat ini terdapat sekitar 32 tenaga kerja, dengan 10 juru masak bersertifikat dan 36 penjamah makanan bersertifikat resmi.

“Kami menerapkan sistem dapur percontohan. Sayuran yang masuk sudah dalam kondisi bersih dan siap olah, jadi limbah dapur bisa ditekan seminimal mungkin. Semua proses pencucian ulang dan pemasakan dilakukan sesuai standar higienis,” papar Fitriana ketika diwawancara Beri.id di SDN 002 Samarinda , Kamis (6/11/2025).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa dapur SPPG Bugis tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi, tetapi juga pusat pelatihan bagi calon chef dan pengelola SPPG lain.

Mereka dibekali pengetahuan tentang teknik memasak sehat, sanitasi dapur, hingga manajemen logistik.

Yayasan Fimizoe juga memperkenalkan inovasi berbasis teknologi dalam sistem perencanaan gizi.

Melalui aplikasi “Kalkulator Gizi” hasil kerja sama dengan tim Universitas Gadjah Mada (UGM), pengelola dapur kini bisa menghitung kebutuhan bahan baku, kandungan gizi, dan gramasi menu secara otomatis.

“Aplikasi ini sangat membantu. Begitu kami masukkan menu, sistem langsung menghitung bahan yang diperlukan, nilai gizi, dan biaya belanja. Semua jadi lebih cepat, akurat, dan efisien,” terangnya.

Fitriana berharap inovasi ini bisa menjadi model digitalisasi dapur sehat di seluruh Kalimantan Timur.

Ia juga menyampaikan bahwa Yayasan Fimizoe siap mendampingi lembaga lain yang ingin mengurus sertifikasi halal dan sertifikasi penjamah makanan, termasuk membantu proses pendaftarannya yang kerap dianggap rumit.

“Kami ingin setiap dapur yang melayani program MBG tidak hanya layak dari sisi rasa, tapi juga memenuhi standar keamanan pangan nasional,” terang Fitriana. (lis)

Exit mobile version