Kaltim Kesulitan Cari Siswa Sekolah Rakyat untuk Jenjang SD

Kompleks SMA Negeri 16 Samarinda, salah satu lokasi SR tahap 1C. (Foto: Lisa/ beri.id)

BERI.ID – Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kaltim, Andi Muhammad Ishak, mengungkapkan bahwa sekolah rakyat (SR) tahap 1C, yang melibatkan dua lokasi, fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) dan kompleks SMA Negeri 16 Samarinda, rawan terhambat, akibat sulitnya memenuhi kuota siswa Sekolah Dasar (SD) sesuai ketentuan pusat.

Dijelaskannya, aturan dari pemerintah pusat mengharuskan adanya minimal dua kelas untuk jenjang SD, atau 50 siswa, satu kelas diisi 25 anak.

Sampai hari ini, jumlah pendaftar SD untuk kedua lokasi tersebut bahkan belum mencapai setengah target.

“Kita baru mendekati 20 anak. Proses mencari sisanya ini yang menjadi tantangan berat,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).

Ia menjelaskan, ada dua alasan mengapa kuota ini sulit terpenuhi. Pertama, banyak orang tua yang belum siap melepas anak mereka untuk tinggal di asrama.

Kedua, sebagian anak pun menolak berpisah dari keluarga meskipun telah dijelaskan manfaat program.

“Penerimaan SD jauh lebih rumit dibanding SMP atau SMA. Bukan soal administrasi, tapi soal kesiapan mental dan emosional, baik anak maupun orang tua,” ucapnya.

Upaya jemput bola terus dilakukan. Dinsos Kaltim bersama pengelola BLK dan SMA 16 melakukan pendekatan ke Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan pihak-pihak yang membina anak-anak dari keluarga miskin atau rentan.

Namun, tidak semua lembaga bersedia melepas anak binaannya.

“Ini bukan sekadar teknis pendaftaran, tapi membangun kepercayaan. Ada lembaga yang ragu melepas kliennya, khawatir anak tidak betah atau justru kehilangan pendampingan yang selama ini mereka dapatkan,” tambahnya.

Situasi ini diperparah oleh tekanan waktu. Pemerintah daerah diberi tenggat hingga akhir Agustus untuk melengkapi seluruh sarana-prasarana, termasuk kamar tidur, kasur, lemari, meja belajar, kursi, hingga perbaikan lapangan.

Khusus untuk SR di SMA 16, pengiriman perlengkapan untuk kebutuhan asrama, seperti tempat tidur, kasur, lemari, hingga kursi, baru dijadwalkan tiba akhir bulan ini, dengan harapan awal September sudah bisa mulai operasional.

“Bisa dimulai awal September untuk tahap 1C kalau sesuai rencana,” tuturnya.

Tetapi tanpa kuota SD yang terpenuhi, target sesuai desain pusat terancam tidak tercapai.

Sebagai perbandingan, tahap 1B yang berlokasi di BPMP Samarinda Seberang, berjalan lebih cepat.

Proses rekrutmen siswa selesai, empat rombongan belajar (rombel) sudah terbentuk dengan komposisi dua kelas SMP dan dua kelas SMA, bahkan diproyeksikan memulai kegiatan belajar pertengahan Agustus.

“Tahap 1B ini mulus karena kuota siswa cepat terpenuhi, sementara tahap 1C harus mengejar dua hal sekaligus, melengkapi sarana dan mencari siswa SD,” jelasnya.

Dinsos Kaltim sudah menyiapkan opsi terakhir, jika sampai akhir Agustus kuota tidak penuh, jumlah yang ada tetap akan dilaporkan ke pusat.

“Kalau memang hanya satu kelas atau bahkan kurang, kami sampaikan apa adanya. Keputusan selanjutnya di tangan pusat. Prinsip kami, pendidikan tetap berjalan, tidak menunggu sampai kuota ideal,” pungkasnya. (lis)

Exit mobile version