Pemprov Kaltim Hadirkan Patung Lembuswana di Dua Lokasi, Biayanya Rp 1,9 Miliar 

atung Lembuswana di Bundaran Stadion Palaran Samarinda, dengan luas bangunan 38 meter persegi. (Foto: Lisa/beri.id)

BERI.ID – Patung Lembuswana baru saja diresmikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dengan anggaran mencapai Rp1,9 miliar, bersumber dari hibah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kaltim tahun anggaran 2023–2024.

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR-PERA Kaltim, Rahmat Hidayat, menjelaskan bahwa proyek ini dilaksanakan melalui dua tahap.

Tahun 2023, anggaran perubahan dipakai untuk perencanaan, sementara pada 2024, pembangunan fisik sekaligus pengawasannya dijalankan.

“Ada dua kontrak yang dilaksanakan, kontrak fisik maupun kontrak pengawasan. Total nilainya hampir Rp1,9 miliar,” ujarnya, di Bundaran Stadion Palaran, Rabu (10/9/2025).

Rahmat merinci, patung yang berdiri di kawasan Bundaran Stadion Palaran itu menelan biaya sekitar Rp900 juta dengan luas bangunan 38 meter persegi.

Sementara patung yang ditempatkan di Bandara APT Pranoto memiliki ukuran lebih besar, 78 meter persegi, dengan nilai kontrak fisik sekitar Rp1 miliar.

Keduanya menggunakan material utama aluminium, didukung pondasi batu gunung dan struktur penyangga permanen.

Meski pembangunan ini menyedot anggaran cukup besar, Rahmat menekankan bahwa proyek tersebut tetap memiliki nilai strategis.

Ia menilai, selain sebagai pelestarian budaya, keberadaan patung Lembuswana di titik-titik strategis juga menjadi penanda identitas Kaltim di tengah percepatan pembangunan infrastruktur.

Di sisi lain, penggunaan anggaran hampir Rp2 miliar untuk proyek monumen memunculkan pertanyaan tentang efisiensi.

Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menekankan bahwa pembangunan patung Lembuswana tidak sekadar proyek fisik, melainkan memiliki makna filosofis yang kuat.

Ia menyebut Lembuswana sebagai simbol keberanian, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat Kutai sejak masa kejayaan kerajaan.

Namun di balik itu, Seno mengakui bahwa masih banyak pekerjaan rumah pembangunan infrastruktur yang lebih mendesak.

Ia menyinggung penyelesaian jalan penghubung antara Kutai Barat dan Mahakam Ulu yang ditargetkan rampung, meski tetap membutuhkan sejumlah perbaikan lanjutan pada 2026.

Selain itu, jalur lintas antarprovinsi dari Paser menuju Kalimantan Selatan juga tengah disiapkan, termasuk pembangunan pembatas provinsi yang akan segera diresmikan.

Seno menambahkan, pembangunan jalan dan jembatan lain akan terus digarap.

“Banyak proyek yang dikerjakan, ini memang masih menjadi PR kita,” tandasnya. (lis)

Exit mobile version