Sekilas info; Indonesia Baru atau Orde paling baru?

SAMARINDA – “Afika… ada yang baru loh…..” kalimat populer yang berasal dari iklan makanan, hadir di televisi mengisi jeda sinetron, menumpuk dan tertinggal dikepala hingga saat ini. Maaf sebelumnya, penjelasannya kepanjangan padahal tidak ada sangkut pautnya dengan isi tulisan, yang sama hanya “baru” nya, saja!

Untuk menebus garingnya tulisan pembuka, berikut kami lemparkan tulisan ke layar anda. Beberapa catatan tentang Indonesia dan hal-hal baru nya, tentu selain kabar baru dari Provinsi Papua dan Papua Barat, karena Kominfo masih memutus akses internet disana, untuk pencegahan menyebarnya video hoax katanya, entah argumentasi apa yang nantinya akan dikeluarkan apabila akses internet kembali dibuka, video-video kejadian di lapangan pasca penambahan TNI/Polri ke Papua yang memiliki potensi untuk kembali memprovokasi dan berpotensi untuk ditunggangi (versi Pemerintah).

dprdsmd ads

Tengoklah kejadian yang menimpa seorang Nasionalis sejati, yang selalu hadir saat negara memanggil patriotisme nya, yang tak mau merah-putihnya kotor, kalau tidak kotor, dia kotori sendiri, tinggal laundry kok. Ibu Tri Susanti, Calon Anggota Legislatif tapi gagal lolos ke kursi DPRD Surabaya. Eh, Maaf, maksud saya Ibu Tri Susanti yang menjadi saksi di MK saat sengketa PIlpres tempo lalu. Ya, Ibu Tri Susanti jugalah yang gagah berani, penuh inisiatif menjadi Koordinator Lapangan menjaga dan menghibur mahasiswa Papua dengan yel-yel yang sudah tak asing ditelinga, sebelum akhirnya Kepolisian datang menyemarakkan acara dengan menembakkan gas air mata, lalu menutup acara dengan memberikan voucher gratis pada 43 penghuni asrama main-main ke Poltabes Surabaya, saat itu juga.

Oh, saya lupa lagi, tak perlu banyak argumentasi, tinggal saling memafkan saja, dan bagi bingkisan parcel topi koboi.

Maaf kalau pelupa, belajar sama negara. Semoga Kominfo gak lupa, internet gak cuma dipakai main Mobile Legend atau PUBG tapi juga dipake share jualan di grup facebook.

Oke, mari baca yang baru sembari menunggu internet di Pulau Papua kembali normal. Senin, 22 Agustus 2019 akan tercatat dalam sejarah Republik, Presiden Joko Widodo yang juga merupakan Presiden terpilih untuk 5 tahun mendatang mengumumkan wilayah Ibukota Baru, yakni akan berada di Provinsi Kalimantan Timur.

Sejak awal digulirkan, wacana ini sudah menuai ragam  komentar. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju, tapi toh pada akhirnya Presiden sudah mengumumkan bahwa hasil kajian menyimpulkan tentang lokasi Ibukota yang paling ideal terletak di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian wilayah Kutai Kartanegara.

Sebenarnya ini bukan akhir, bahkan bisa saja pemindahan batal, andaikata DPR RI menolak Rancangan Undang-Undang Ibukota Baru namun yang harus difahami adalah dalam kurun waktu pemerintahan Presiden Joko Widodo, rasa-rasanya gaung DPR RI kurang terdengar dalam penolakan terhadap kebijakan-kebijakan yang diteken oleh Presiden, tentu yang saya maksud bukan kebijakan yang sifatnya “mengancam” lawan politik berikut komunitas penggemar yang memiliki jagoan di DPR RI.

Gaung yang tidak terdengar itu bisa kita saksikan dalam proses persetujuan DPR RI terhadap rencana Kemensetneg terkait kendaraan dinas baru bagi para menteri anggota Kabinet Kerja, pejabat setingkat menteri, ketua/wakil ketua MPR, DPR, dan DPD. Selain itu, Kemensetneg juga sedang mempersiapkan kendaraan dinas baru bagi mantan presiden dan mantan wakil presiden.

Mengutip dari detik.com Proses lelang domulai sejak 19 Maret 2019 dan sudah selesai hingga teken kontrak. Lelang dimenangi PT Astra International Tbk-Tso dengan harga Rp.147.229.317.000

Mari rakyat Indonesia, kita sambut mobil-mobil baru tersebut dengan penuh sukacita, toh berduka cita juga menguras emosi, mari saling memaafkan.

Kabar baru terakhir, sekaligus kabar gembira untuk kita semua, keinginan dari pemerintah untuk import Rektor akhirnya terpenuhi. meski menuai banyak penolakan, baik di DPR maupun guru-guru besar di Indonesia, nyatanya pemerintah tidak goyah. Tak tanggung-tanggung, Rektor asal Korea Selatan didapuk menjadi rektor di Universitas yang baru berdiri. dilansir dari unas.ac.id , telah hadir Universitas Siber Asia, universitas swasta berbasis full online learning pertama di Indonesia yang mendapatkan lisensi dari pemerintah. 

Ada tiga strategi utama yang akan dikerjakan, yaitu meningkatkan kuantitas, memberikan fitur-fitur pengajaran yang sesuai dengan masa depan era revolusi industri 4.0 dan menghadirkan pengajaran dengan kualitas dunia (world class learning).

Kehadiran Universitas Siber Asia merupakan kerjasama antara Universitas Nasional Jakarta dan Hankuk University of Foreign Studies Korea. Tentu kabar baru yang terakhir ini berkaitan dengan SDM Unggul Indonesia yang terus didengungkan oleh Presiden Joko Widodo, namun Presiden mestinya juga mendengar alasan-alasan penolakan, toh yang menolak juga merupakan SDM Unggul yang masih tersisah di bangsa ini.

Kalaupun Pak Presiden tak mau dengar SDM Unggul yang terdiri dari wakil-wakil rakyat, guru-guru besar atau mahasiswa yang kuliahnya saja belum selesai,bahkan mesti minjam kata-kata dari motivator demi menyambung keyakinan tentang pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, padahal sudah dijanjikan menjadi pekerja masa depan dengan upaya keras Presiden bahkan mengancam untuk menggebung penghalang rencananya menarik investor untuk berbondong-bondong membuka lapangan pekerjaan diatas tanah yang tak dikerjakan, kalau masih dikerjakan yang tinggal disengketakan Presiden Joko Widodo mestinya bertanya kepada Jendral Moeldoko, toh kata Pak Jendral saat ditanya mengenai pemblokiran internet di Papua menjawab tegas “Dulu nggak ada juga hidup”. (AS)