BERI.ID – Data dari pihak kelurahan mencatat sedikitnya lima RT di Kawasan Sempaja Timur masih terkena imbas dari curah hujan yang tinggi beberapa waktu belakangan.
Empat di antaranya di kawasan Perumahan Bengkuring, RT 36, 37, 38, sebagian RT 35, dan satu lagi di RT 50 dekat bantaran sungai Griya Mukti.
Total sekitar 150–200 kepala keluarga, atau sekitar 590 jiwa, terkena dampak genangan yang mencapai ketinggian hingga satu meter di beberapa titik rendah.
Lurah Sempaja Timur, Yuliani, menyatakan bahwa dapur umum langsung dibuka, Minggu (26/10/2025) hingga saat ini, untuk memastikan kebutuhan pangan warga terdampak tetap terpenuhi.
Dapur umum dibuka setelah melihat tren air yang meningkat sejak Sabtu malam, puncak pasang Sungai Mahakam.
Ketinggian air diakuinya sempat mencapai sekitar 100 sentimeter dari permukaan terendah permukiman warga.
Genangan itu bertahan cukup lama, antara satu hingga dua hari, walaupun air mulai surut pada Senin pagi, dapur umum tetap beroperasi hingga siang hari untuk menyediakan makanan cepat saji bagi warga yang masih membersihkan rumah dari sisa lumpur.
“Air kiriman ditambah pasang sungai menyebabkan genangan bertahan lama. Kalau kondisi sungai normal, air biasanya cepat turun. Kami sedang bantu warga dengan makanan siap saji, meskipun sekarang fokusnya sudah tahap bersih-bersih,” terang Yuliani, ketika ditemui di lokasi dapur umum, Kantor Kelurahan Sempaja Timur, Senin (27/10/2025).
Ia menuturkan, sistem distribusi makanan dari dapur umum dilakukan secara terukur dengan pembaruan data tiga kali sehari.
Setiap RT wajib memberikan laporan kondisi terkini melalui grup WhatsApp, mulai dari tinggi permukaan air, jumlah KK terdampak, hingga warga yang tidak mengungsi namun tetap membutuhkan bantuan makanan.
Makanan pun tidak akan ada yang terbuang, sebab ketika bahan makanan masih bersisa, akan diberikan kepada RT.
“Kami pastikan distribusi tidak berlebih atau terbuang. Data selalu kami perbarui pagi, siang, dan malam,” katanya menambahkan.
Meski belum memiliki sistem digitalisasi laporan banjir, komunikasi berbasis grup RT diakui cukup efektif untuk kondisi darurat.
“Kami hanya penerima bantuan dan melaporkan penggunaannya secara berkala,” terang Yuliani.
Di sisi lain, Ketua RT 50, Kholil, mengonfirmasi bahwa banjir kali ini bukan akibat curah hujan ekstrem berkepanjangan, melainkan kiriman dari kawasan Pampang dan sekitarnya yang bermuara ke Sungai Mahakam.
“Banjirnya cuma dari satu kali hujan deras, tapi debit airnya besar dan ketemu pas air laut pasang. Akhirnya air sungai meluap ke pemukiman,” katanya.
Dari 60 rumah di RT 50, sebagian besar yang berada di tepi sungai terendam cukup dalam. Meskipun begitu, ia mengaku kondisi kali ini tidak separah banjir Januari lalu.
“Pemkot sudah berusaha maksimal, tapi kalau debit air besar dan posisi laut pasang, ya air pasti nyari tempat terendah,” ujarnya pasrah.
Meski genangan masih tersisa di beberapa titik, sebagian warga memilih tetap bertahan di rumah. Seorang pedagang kecil di Perumahan Bengkuring mengaku usahanya tidak terganggu.
“Air cuma sampai mata kaki di rumah saya, jadi masih bisa jualan. Biasanya bisa selutut, tapi kali ini lebih ringan,” ujar warga yang tidak ingin disebutkan namanya.
Namun ia menambahkan, warga yang rumahnya lebih jauh ke dalam kompleks masih terendam hingga lutut orang dewasa.
Diketahui, dapur umum kali ini menyediakan kurang lebih 24 kantong plastik, dengan satu kantong berisikan 25 bungkus makanan.
Bantuan ini diturunkan langsung dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), berupa bahan makanan. Sementara untuk pendirian dapur berizin dari Dinas Sosial.
Di lokasi dapur tersebut bahan-bahan dimasak bersama-sama, dengan melibatkan 15 Taruna Siaga Bencana (Tagana), 12 BPBD Kota Samarinda dan Kaltim, serta pihak kelurahan. (lis)
