BERI.ID – Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan struktur pengangguran di Samarinda banyak berasal dari lulusan SMA.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda melihat temuan ini sebagai alarm bahwa kebijakan upskilling harus diprioritaskan.
Kepala Disnaker Samarinda, Yuyum Puspitaningrum, menilai lulusan SMA sering kali masuk pasar kerja tanpa keterampilan khusus, sehingga kalah bersaing dengan lulusan vokasi atau pemegang sertifikasi kompetensi.
Karena itu, Disnaker mengarahkan strategi ke dua jalur utama:
1. Pelatihan intensif, yang diselenggarakan Pemkot
2. Pelatihan berbasis sertifikasi nasional BNSP, melalui kolaborasi dengan BPVP Samarinda, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kaltim, dan sejumlah OPD.
“Kami ingin lulusan pelatihan pulang sebagai tenaga kerja yang diakui sertifikatnya, bukan sekadar peserta yang pernah ikut pelatihan,” katanya, Selasa (2/12/2025).
Strategi menghadapi Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tidak hanya bertumpu pada Disnaker.
Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD) menetapkan sejumlah OPD sebagai bagian dari skema penciptaan lapangan kerja, Urban Farming oleh Dinas Ketahanan Pangan & Pertanian, Program pengendalian penduduk dan peningkatan pendidikan, Pelatihan konstruksi oleh Dinas PUPR, yang mengeluarkan sertifikat pertukangan hingga pemasangan baja ringan berstandar Kementerian PUPR.
Model baru ini dianggap jauh lebih realistis karena menyasar sektor-sektor yang selama ini menyerap tenaga kerja besar namun tidak terorganisir.
“Kalau kita bicara ketenagakerjaan, itu bukan hanya urusan Disnaker. Semua perangkat daerah harus menyumbang ruang kerja,” ujar Yuyum.
Disnaker memastikan tahun 2025-2026 menjadi periode di mana penempatan tenaga kerja diupayakan sama pentingnya dengan pelatihan.
Dua program utama diperkuat:
1. Magang Hub (B3)
Saat ini perusahaan kembali dibuka untuk menerima peserta magang.
Tanggal 3 menjadi batas pendaftaran perusahaan, sedangkan pelaksanaan magang dimulai 4 Desember.
2. JOPET (Job Fair Terintegrasi)
Disnaker mempertemukan perusahaan dan pencari kerja melalui JOPET yang terhubung dengan Universitas (Unmul, UINSI, Politeknik, Poltekkes), Bursa Kerja Khusus (BKK) SMA/SMK, dan pesantren yang memiliki BKK internal.
“Kami tidak ingin lagi lulusan kampus sekadar menunggu kesempatan. Mereka harus langsung disambungkan ke HRD perusahaan,” tutur Yuyum.
Salah satu terobosan paling tajam adalah pemetaan minat warga berbasis RT/BUMRT, yang menurut Disnaker menjadi kunci menurunkan pengangguran struktural.
Warga yang belum bekerja akan ditanya:
– usia
– alasan belum bekerja
– jenis pelatihan yang diminati
– wilayah tempat tinggal
– kesiapan mengikuti program sertifikasi
“Bagaimana kita mau menurunkan TPT kalau kita bahkan tidak tahu apa minat warga? Tahun ini kita ubah total data lapangan jadi dasar pelatihan,” tegasnya.
Pelatihan yang paling banyak diminati warga nantinya akan menjadi prioritas pemerintah.
Contohnya: desain grafis, barista, konten digital, atau pelatihan teknis lainnya.
Program ini akan dibiayai APBD, ditambah dukungan vokasi dari BPVP dan lembaga lain.
Yuyum kemudian tidak menyebut angka pasti target penurunan TPT pada 2026.
Namun ia menegaskan bahwa RTKD memuat proyeksi dan kerangka kerja detail untuk menekan angka pengangguran secara bertahap.
“Ini bukan soal angka yang kita sebut hari ini. Yang penting sistemnya dulu benar. Ketika ekosistemnya terbentuk, TPT pasti mengikuti turun,” tutupnya.
Berikut data existing dan proyeksi tingkat pengangguran terbuka di Kota Samarinda:
1. Tahun 2020
– Laki-laki: 8,80 persen
– Perempuan: 7,36 persen
– Jumlah : 8,26 persen
2. Tahun 2021
– Laki-laki: 8,61 persen
– Perempuan: 7,40 persen
– Jumlah : 8,16 persen
3. Tahun 2022
– Laki-laki: 5,20 persen
– Perempuan: 9,52 persen
– Jumlah : 6,78 persen
4. Tahun 2023
– Laki-laki: 5,61 persen
– Perempuan: 6,44 persen
– Jumlah : 5,92 persen
5. Tahun 2024
– Laki-laki: 5,01 persen
– Perempuan: 6,97 persen
– Jumlah : 5,75 persen
6. Tahun 2025
– Laki-laki: 4,85 persen
– Perempuan: 6,75 persen
– Jumlah : 5,57 persen
7. Tahun 2026
– Laki-laki: 4,72 persen
– Perempuan: 6,55 persen
– Jumlah : 5,41 persen
. Tahun 2027
– Laki-laki: 4,57 persen
– Perempuan: 6,35 persen
– Jumlah : 5,24 persen
9. Tahun 2028
– Laki-laki: 4,41 persen
– Perempuan: 6,12 persen
– Jumlah : 5,05 persen
10. Tahun 2029
– Laki-laki: 4,26 persen
– Perempuan: 5,91 persen
– Jumlah : 4,88 persen
(lis)
