Rekayasa Lalu Lintas di Simpang Gunung Lingai Disiapkan, Akses Masuk Akan Ditutup

Arus lalu lintas yang padat di kawasan simpang empat Gunung Lingai. (Foto: Lisa/beri.id)

BERI.ID – Arus lalu lintas di kawasan simpang empat Gunung Lingai, salah satu titik paling padat dan semrawut di jalur utara kota, selama bertahun-tahun masih menjadi sumber kemacetan, terutama pada jam sibuk, akibat pertemuan lima arus kendaraan dari berbagai arah.

Menangani itu, dua skenario besar disiapkan Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, melalui penataan jangka pendek, yang difokuskan pada pengendalian arus, dan rencana jangka panjang, yang mencakup pelebaran ruas serta pembebasan lahan di sekitar Jalan PM Noor.

Kepala Dishub Samarinda, Hotmarulitua Manalu, menyatakan bahwa Gunung Lingai merupakan simpang vital yang menampung pergerakan arus dari berbagai penjuru kota dan secara fungsi jalan sudah melampaui kapasitasnya.

“Maka kita perlu dua pendekatan sekaligus, penanganan cepat dan desain permanen,” ujar Hotmarulitua, di Balaikota Samarinda, Selasa (14/10/2025).

Untuk jangka pendek, Dishub mempertimbangkan penutupan akses masuk ke arah Gunung Lingai dan mengalihkan kendaraan melalui jalur alternatif menuju kawasan Panjaitan atau Perumahan Mas.

Ini dinilai paling realistis untuk mengurangi penumpukan kendaraan di titik simpang yang berstatus sebagai arteri primer.

“Kami sedang kaji kemungkinan menutup arus masuk ke Gunung Lingai. Semua kendaraan akan dialihkan melalui jalur Panjaitan. Minggu depan akan kami paparkan ke Wali Kota beserta visualisasi animasinya,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil evaluasi Dishub, traffic light di simpang tersebut dinilai tidak efektif.

Sistem lampu lalu lintas yang pernah diaktifkan justru memperparah kemacetan, karena simpang yang semula tiga arah kini berkembang menjadi simpang lima, akibat adanya tambahan akses dari dua arah baru, termasuk kawasan Dudu dan Gunung Lingai.

“Pernah dicoba dengan traffic light, tapi justru makin macet. Arusnya silang dan terlalu banyak. Maka kami pasang barier untuk menutup sebagian lajur. Itu lebih efektif, tapi tetap belum ideal,” jelasnya.

Hotmarulitua menegaskan, rencana ini akan disosialisasikan ke masyarakat sebelum diterapkan. Dishub berencana menyiapkan video simulasi arus kendaraan agar warga memahami dampak dan pola baru yang akan diterapkan.

Setelah penutupan diberlakukan, Dishub juga memastikan tidak akan ada lagi pengaturan manual oleh petugas lapangan, sebab arus lalu lintas akan sepenuhnya diarahkan lewat jalur baru.

“Kalau sudah berjalan, tak ada lagi pengaturan manual. Semua kendaraan diarahkan sesuai rekayasa arus baru. Kita ingin tercipta ketertiban dan efisiensi,” tegasnya.

Sementara untuk jangka panjang, Dishub menyiapkan rencana rekonstruksi total dengan pelebaran jalan hingga standar 21 meter sesuai ketentuan arteri primer.

Namun, hal itu menuntut proses panjang, mulai dari pembebasan lahan hingga penyesuaian jembatan ganda di kawasan PM Noor, yang kini menjadi hambatan utama desain.

“Secara fungsi, PM Noor itu arteri primer. Idealnya lebarnya 21 meter. Tapi di lapangan, dua jembatan jadi kendala teknis yang perlu ditata ulang. Itu masuk dalam rencana jangka panjang,” jelasnya.

Hotmarulitua mengakui, upaya penataan simpang Gunung Lingai bukan hanya soal teknis lalu lintas, sebab setiap perubahan arus pasti menimbulkan reaksi publik.

Namun ia menegaskan, Pemkot tak bisa lagi menunda pembenahan di kawasan tersebut.

“Selama bertahun-tahun kawasan itu jadi titik jenuh lalu lintas. Kita tidak bisa terus biarkan. Kalau tidak segera ditata, kemacetan di sana akan jadi permanen,” pungkasnya. (lis)

Exit mobile version