Rusmadi Urai Komitmen Industri Migas Dan Batu Bara Pada Pasal 33 UUD 1945

Samarinda – Politik Ekstraktif jadi potongan kata menarik, yang di sampaikan Rusmadi Wongso saat merilis buku terbaru nya yang berjudul ‘Pengelolaan Migas dan Batu Bara yang Kompetitif’. Launching buku ini di selenggarakan sekaligus melakukan perayaan hari ulang tahun nya yang ke 56 tahun. Di gedung Pramuka, Selasa (30/10).

Dalam buku ini Ia mengulas soal tidak berkomitmennya pengelolaan migas dan batu bara dengan Pancasila dan UUD 1945. Komitmen gagasan bukunya terjelaskan mulai cara pandang melihat Sumber Daya Alam, Bangunan Hukum serta aturan, hingga karakter elit politik yang cenderung eksploitatif pun diulas.

“Yang namanya migas dan batu bara, atau sumber ekonomi dari kekayaan alam harus tunduk terhadap Pasal 33 UUD 1945, Bumi, air dan kekayaan yang ada dikuasai negara untuk kesejahteraan rakyat,” pungkas Rusmadi

Dalam persentasi yang disampaikan olehnya, ada satu kata yang menarik menurut media ini. Yaitu ‘Politik Ekstraktif’. terkait hal tersebut Rusmadi yang akrab disapa Cak Rus ini punya cara pandang menarik.

“Politik Ekstraktif itu terkait dengan pembangunan, termasuk pengelolaan ekonomi yang tergantung pada kebijakan elit politik, jika elit lebih memanfaatkan sumber kekayaan lebih kepada kebijakan yang ekstraktif dan eksploitatif itu kemudian membawa negara kita semakin mundur,” jelas Cak Rus.

Hal menarik lainnya dalam buku ini, Ia membawa gagasan Kompetitif dalam pengelolan migas dan batu bara. Menurut nya Kompetitif itu upaya peningkatan daya saing yang berkaitan dengan pembangunan Hilirisasi. Upaya mengolah produk-produk penunjang.

“Kompotetif itu berdaya saing, terutama aspek nilai tambah. Kita belum memberikan perhaitan besar terhadap hilirisasi, jadi banyak produk-produk kita baik migas dan batu bara kita ekspor dalam bentuk mentah,” ujar nya.

Kekayaan alam itu seperti keniscayaan, ketika memanfaatkan Sumber Daya Alam yang tidak bisa diperbaharui mestinya pikiran yang muncul mesti Hilirisasi. Agar tidak mengekspor bahan mentah, melainkan ekspor hasil produk Hilirisasi.

“Kalau ingat Maloy, itu salah satunya kawasan industri bukan saja dalam rangka industri hilirasi dari pada sawit, tapi dikawasan itu bisa kita kembangkan untuk hilirisasi dari pemanfaat dari batu bara. Contoh bisa jadi amoniak.” Pungkas Rusmadi Wongso. (Red)

Exit mobile version